Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Yang Harus Dihindari Dalam Percakapan

Written By Unknown on Sunday, April 29, 2012 | 4/29/2012 01:08:00 AM


Pernahkah Anda berbicara dengan seseorang dan begitu tertarik dengan respon-respon yang disampaikannya, atau kebalikannya, Anda merasa jenuh dengan semua respon yang diucapkannya. . ?? Menurut Kevin Hogan dan Mary Lee Labay dalam bukunya yang berjudul Irresistible Attraction ada delapan hal yang harus dihindari dalam percakapan, jika kita ingin percakapan kita menjadi menarik. Kedelapan hal itu adalah :
1. Penentang Argumentatif

Suatu hari dalam sebuah percakapan, ”Wah, kelihatannya hari ini cerah ya?”. Kemudian di respon oleh rekannya, ”Ah tidak, menurut saya hari ini agak mendung”. ”Oh agak mendung ya, mungkin sebentar lagi akan turun hujan”. Kemudian di respon lagi, ”Menurut saya tidak akan hujan, hari ini saya membaca prakiraan cuaca dari BMG”. ”Oh, begitu ya, pasti Anda sering mencermati prakiraan cuaca dari BMG ya?”. Lalu di respon, ”Ah tidak juga, sesekali saja saya mendengarnya”. Bagaimana dengan percakapan tersebut? Respon argumentatif memang baik, melatih kemampuan berpikir kita, namun jika respon argumentatif itu diberikan dalam bentuk penentangan yang bertubi-tubi seperti contoh diatas, akan membuat percakapan kita menjadi tidak menyenangkan.

2. Selalu Membuat Perbandingan


Dalam sebuah percakapan, seseorang berkata pada temannya, ”Hari ini saya berhasil melewati ujian dengan baik”. Kemudian dijawab oleh temannya, ”Iya itu belum seberapa, saya pernah melewati ujian yang lebih berat dari yang kamu lewati sekarang, dulu saya benar-benar melewatinya dengan baik, walaupun saya merasakan penderitaan saat itu. Yang kamu rasakan saat ini belumlah sebanding dengan apa yang saya rasakan dulu, sangat sulit sekali”.

Apa yang dirasakannya sekarang adalah rasa malas untuk melanjutkan percakapan berikutnya. Seseorang yang sedang ingin bercerita tidak ingin mendengarkan cerita orang lain, tapi ia ingin ceritanya didengarkan oleh orang lain. Akan lebih baik jika kita mengeksplorasi cerita orang itu daripada malah membuat sebuah cerita baru dan membanding-bandingkannya.

3. Merasa Superior

”Saya dengar di kota ini akan berdiri sebuah supermarket baru ya?”. Kemudian temannya menjawab, ”Ah, aku sudah mengetahuinya sejak setengah tahun yang lalu”. ”Oh begitu ya, saya pikir saya termasuk yang paling dahulu mengetahuinya”. Lalu temannya menyahut, ”Ah, kalau informasi seperti itu, aku tidak pernah melewatinya, bahkan pendirian rumah sakit baru di kota ini tahun depan aku juga sudah mengetahuinya kemarin”.

Bagaimana jika, tadi temannya menyahut, ”Wah, itu informasi yang menarik, bagaimana cerita selengkapnya?”. Mungkin orang yang mendengar akan lebih merasa tertarik untuk melanjutkan percakapan dengannya.
 
4. Mengumbar Beban Masalah Pribadi

Saat kita membicarakan permasalahan pribadi kepada orang lain, secara tidak langsung akan mempengaruhi psikologis orang yang kita ajak bicara. Kecuali jika ia seorang terapis yang bermaksud menolong kita keluar dari masalah. Namun, jika ia bukan seorang terapis, apakah secara psikologis ia selalu siap dengan setumpuk beban masalah pribadi kita. Lebih parah lagi jika itu dilakukan secara berulang-ulang dalam pokok bahasan yang sama. Kebosanan dan rasa jenuh akan menghinggapinya saat mendengarkan beban masalah pribadi yang belum tentu ia saat itu siap untuk mendengarkannya.

5. Menilai Negatif

Suatu hari dalam suatu kantor, seorang karyawan berujar, ”Kelihatannya John sedang dalam kondisi yang sulit saat ini”. Kemudian karyawan lain yang diajak bicara menyahut, ”Ia memang tidak mampu mengendalikan emosinya, hal ini membuat seluruh pekerjaannya jadi buruk, semua tugas-tugasnya tidak dijalankan dengan baik, saya lelah menghadapinya”. Bagaimana jika Anda mendapat respon seperti ini dalam pembicaraan Anda ? Coba kita bandingkan dengan respon berikut ini; ”Saya banyak belajar dari ia, dari permasalahan- permasalahan yang dihadapinya, kelihatannya saat ini ia memang sedang dalam kondisi sulit, mungkin juga ia membutuhkan bantuan kita saat ini”. Bandingkan bedanya saat Anda mendengarkan kedua respon itu, dan pastikan mana yang terbaik menurut Anda. Opini-opini negatif yang berbentuk judgement tidak akan menarik untuk kita dengar dan opini negatif itu dapat menggambarkan seperti apa karakter orang yang menyampaikannya.

6. Suka Menginterupsi

Bagaimana perasaan Anda jika saat berbicara sering diinterupsi oleh orang lain ? Jika ada seseorang menginterupsi kita saat berbicara, kemungkinan yang muncul adalah kita merasa pembicaraan kita tidak dianggap penting, atau merasa diremehkan, atau merasa ia tidak tertarik dengan pembicaraan kita. Begitupun saat kita sering menginterupsi orang yang kita ajak bicara, secara signifikan kita akan menjadi komunikator yang tidak menarik. Ada baiknya jika kita mencoba cara ini, biarkanlah ia mengambil nafas sejenak setelah ia menyelesaikan pembicaraannya sebelum kita mengutarakan kalimat untuk menanggapinya.

7. Penuh Keluhan

Keluhan biasanya merupakan kumpulan kalimat negatif yang sangat mungkin akan mempengaruhi perasaan orang-orang yang mendengarnya. Mendengarkan keluhan membuat orang menjadi terbebani, terlebih lagi jika keluhan yang sama terus diulang dan dibicarakan. Selain itu membicarakan keluhan juga akan menggambarkan betapa lemahnya seseorang dalam menghadapi permasalahannya, sehingga alangkah lebih baik jika yang kita sampaikan dalam pembicaraan kita adalah kalimat-kalimat yang baik dan membuat diri kita termotivasi dan lebih bagus lagi dapat membuat orang lain yang berbicara dengan kita juga ikut termotivasi.

8. Penyebar Gosip

Mungkin Anda pernah mendengar rekan Anda yang membicarakan keburukan orang lain pada Anda. Apa yang ada didalam pikiran Anda saat itu ? Kebanyakan dari kita akan berpikir, apakah ia akan berbicara seperti ini pada orang lain juga, atau jangan-jangan keburukan yang dibicarakannya dengan orang lain itu adalah tentang kita. Kebanyakan dari kita akan memandang buruk terhadap orang ini. Penilaian yang mungkin muncul terhadap orang-orang yang senang membicarakan keburukan orang lain adalah orang itu tidak percaya diri, culas, dan berpikiran sempit. Jadi mungkin adalah hal yang baik jika Anda mempertimbangkam kembali jika ingin mengambil tema-tema gosip dalam pembicaraan Anda.

Freddy Hypno


=======================================================================
Mau SWAKONSUMSI PULSA MURAH klik di sini !
Mau BONUS PULSA GRATIS klik di sini !
=======================================================================
4/29/2012 01:08:00 AM | 21 komentar | Read More

Materi 05: Status Penulis Pemula BUKAN Kutukan

Written By Unknown on Saturday, April 28, 2012 | 4/28/2012 11:12:00 AM

Materi 05
Newsletter Pintar Menulis dalam 9 Minggu

Status Penulis Pemula
BUKAN Kutukan
Oleh: Jonru
www.jonru.net

"Media mana yang mau menerima naskah dari penulis pemula seperti saya?"
"Penulis pemula seperti saya sangat sulit untuk menerbitkan buku. Semua penerbit lebih mementingkan tulisan dari penulis terkenal."

Anda mungkin sering mendengar pernyataan seperti di atas, bukan?
Bila Anda merasa masih pemula, mungkin Anda pun mengiyakan pernyataan -pernyataan itu. Anda setuju bahwa peluang seorang penulis pemula untuk sukses sangatlah sedikit, bahkan nyaris tidak ada.
BENARKAH DEMIKIAN?
Sahabatku, saya tak akan banyak berteori. Untuk hal yang satu ini, saya ingin mengajak Anda mencermati FAKTA OBJEKTIF yang selama ini mungkin Anda lewatkan.

Inilah FAKTA tersebut:
Sebelum nama Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik) sangat terkenal seperti sekarang ini, sebelum novelnya "Ayat-Ayat Cinta" menjadi best seller nasional dan dibaca oleh jutaan orang, SIAPAKAH DIA SEBENARNYA? Apakah ada orang yang mengenal namanya?
Pada saat itu, Kang Abik tak ubahnya seperti Anda. Dia juga "dikutuk" sebagai penulis pemula yang belum dikenal oleh siapapun, kecuali oleh orang -orang yang dekat dengannya.

Serupa dengan Kang Abik, kondisi yang sama juga dialami oleh sejumlah penulis best seller lainnya:
-Sebelum menerbitkan novel "Laskar Pelangi", Andrea Hirata masih sangat pemula. Bahkan dia belum pernah kepikiran untuk menjadi penulis.
-Sebelum menerbitkan novel "Jomblo", Aditya Mulya juga masih sangat pemula.
-Sebelum menerbitkan novel "Cintapuccino", Icha Rahmanti juga masih sangat pemula.
- Sebelum menerbitkan buku "Kupinang Kau dengan Hamdallah," Fauzil Adhim juga masih sangat pemula.
Tapi, mereka berhasil "membebaskan diri" dari "kutukan penulis pemula".

Hei... sebaiknya kita menghindari kata "kutukan", sebab status penulis pemula sebenarnya bukan kutukan.
KENAPA?
SECARA LOGIKA, tak ada penulis yang tiba-tiba jadi terkenal dan sukses. Mereka semua pasti pernah melewati status yang bernama penulis pemula.
Semua penulis - baik yang sudah sangat sukses maupun yang biasa -biasa saja - pasti pernah menjadi penulis pemula.
"Apakah media massa dan penerbit benar-benar tertutup terhadap penulis pemula?"
Tentu saja TIDAK! Hampir semua penerbit dan media sebenarnya SANGAT TERBUKA terhadap naskah-naskah dari penulis pemula.
Bagi sebuah media, yang paling mereka utamakan untuk dimuat adalah tulisan-tulisan yang BERKUALITAS, dan SESUAI dengan karakter serta misi dan visi mereka.
Bagi sebuah penerbit, yang paling mereka utamakan adalah naskah -naskah yang LAKU DIJUAL.

JADI:
Bila Anda berhasil membuat tulisan yang berkualitas dan sesuai dengan
karakter/misi/visi Harian Kompas misalnya, maka tulisan Anda akan mudah dimuat di Kompas, walau Anda masih sangat pemula.
Bila Anda berhasil menulis naskah yang memiliki nilai jual yang tinggi, maka naskah
Anda akan disukai oleh para penerbit, mereka akan dengan senang hati menerbitkannya, walau Anda masih sangat pemula.

Sahabatku...
Daripada Anda sibuk mengutuki diri sendiri yang masih berstatus penulis pemula, tentu lebih baik bila Anda BERJUANG KERAS agar meraih impian sebagai penulis sukses.
Bila Anda masih menganggap status penulis pemula sebagai kutukan, setidaknya Anda bisa BERJUANG KERAS untuk membebaskan diri dari kutukan tersebut.

Semoga bermanfaat. Salam sukses!

Jonru


Artikel terkait :
- Materi 01: Motivasi Menulis (Penyakit Internal Penulis Pemula)
- Materi 02: Rahasia Terbesar di Dunia Penulisan 
- Materi 03: Inilah CARA Menjadi Penulis
- Materi 04: Kapan Saat yang Tepat untuk Mulai Menulis?
- Materi 06: Kiat Mengatasi Penyakit Malas Menulis 
- Materi 07: Cara Membuat Tulisan yang Berkualitas 
- Materi 08: Kiat agar Punya Banyak Ide dan Produktif Menulis 
4/28/2012 11:12:00 AM | 0 komentar | Read More

Materi 04: Kapan Saat yang Tepat untuk Mulai Menulis?

Written By Unknown on Monday, April 23, 2012 | 4/23/2012 01:15:00 AM

Materi 04
Newsletter Pintar Menulis dalam 9 Minggu

Kapan Saat yang Tepat untuk
Mulai Menulis?
Oleh: Jonru
www.jonru.net

Alkisah, ada seorang sahabat bernama A yang berkata kepada seorang penulis terkenal bernama B, "Saya ingin sekali jadi penulis hebat seperti Anda. Karena itu, saya akan menulis. Saya akan membuat tulisan yang menggemparkan dunia penulisan di jagat raya ini. Saya akan menjadi penulis yang jauh lebih ngetop dibanding Anda!"
Sepuluh tahun kemudian, Si A dan si B bertemu lagi. Si B bertanya, "Halo A, apakah cita-cita kamu untuk menjadi penulis hebat sudah tercapai? Sudah berapa ratus tulisan yang kamu hasilkan?"
"Saya belum membuat satu tulisan pun. Tapi saya masih bercita-cita menjadi penulis hebat, lebih hebat dari Anda. Tunggu saja, ya!"
Dua puluh tahun kemudian, si A dan si B bertemu lagi. Si A masih menjadi "penulis wanna be" karena dia belum membuat satu tulisan pun!

* * *

Saya yakin, ada begitu banyak penulis seperti si A. Mereka hanya berhenti pada cita-cita, tapi belum pernah berusaha untuk mewujudkannya. Dengan kata lain, mereka selalu menunda-nunda untuk MULAI MENULIS.

Jika ditanya kenapa mereka masih menunda, biasanya mereka akan memberikan jawaban-jawaban yang standar seperti berikut.
1.Saya masih sangat sibuk. Aktivitas saya sangat banyak.
2.Nanti saja deh, kalau saya sudah lulus SMA.
3.Ilmu saya masih sedikit. Nanti kalau sudah ahli, saya akan mulai menulis.
4.Saya tidak tahu bagaimana cara untuk mulai menulis.

Mereka merasa "berada di pihak yang benar" dengan alasan-alasan itu. Bagi mereka, itu adalah alasan-alasan yang sangat kuat untuk tidak mulai menulis.
Pertanyaannya sekarang, apakah mereka benar-benar berada dalam "kebenaran?" Apakah alasan-alasan mereka itu cukup kuat?

Berikut saya akan coba bahas satu-persatu:


1. Saya masih sangat sibuk. Aktivitas saya sangat banyak

Bicara soal kesibukan, sebenarnya Anda tidak sendirian. Hampir semua orang pasti sibuk. Tantowi Yahya sangat sibuk. Agnes Monica juga sibuk. Stephen King sama saja. Bill Gates apalagi.
Tapi kenapa mereka bisa menjadi orang sukses? Kenapa mereka bisa menangani demikian banyak pekerjaan dan masalah? Padahal waktu yang tersedia untuk Bill Gates dan Anda sama-sama 24 jam sehari. Tak ada bedanya!

Kuncinya sebenarnya pada dua hal berikut:1. Manajemen Waktu2. Motivasi
Salah satu rahasia orang sukses adalah kemampuan mereka dalam mengelola waktu. Bagaimana caranya agar dengan waktu yang tersedia, mereka bisa melaksanakan semua tugas secara efektif dan efisien.
Orang sukses bukanlah orang yang punya banyak waktu luang. Orang sukses adalah orang yang pintar dan disiplin dalam mengelola waktu.

* * *

2. Nanti saja deh, kalau saya sudah lulus SMA

Ada begitu banyak orang yang menggunakan alasan seperti ini untuk menunda pekerjaan tertentu. Kalau ditanya apa sebabnya, mereka menjawab, "Karena saya belum siap. Sekolah di SMA itu kan penuh dengan kesibukan. Mana ujian sudah dekat, banyak kegiatan ekskul, belum lagi les ini les itu. Tak ada waktu deh, buat menulis. Jadi tunggu aja setamat SMA nanti, ketika hidup saya jauh lebih stabil dibanding sekarang."

Temans...
Berdasarkan pengalaman saya, alasan nomor dua ini sebenarnya termasuk alasan yang "tak ada matinya". Si pencetus alasan tetap akan mengeluarkan alasan-alasan baru, dan mengingkari alasan-alasan terdahulu.
Bila sudah tamat SMA, dia akan berkata, "Nanti saja deh, kalau sudah lulus kuliah."
Bila sudah lulus kuliah, dia akan berkata, "Nanti saja deh, kalau sudah bekerja."
Bila sudah bekerja, dia akan berkata, "Nanti saja deh, kalau sudah menikah."
Bila sudah menikah, dia akan berkata, "Nanti saja deh, kalau sudah punya anak."
Bila sudah punya anak, dia akan berkata, "Nanti saja deh, kalau anak-anak saya sudah besar."
Bila anak-anaknya sudah besar, dia akan berkata, "Nanti saja deh, kalau semua anak saya sudah menikah."
Bila semua anaknya sudah menikah, dia akan berkata, "Nanti saja deh, kalau saya sudah punya cucu."
Bila sudah punya cucu, dia akan berkata, "Nanti saja deh, di akhirat."

* * *

3. Ilmu saya masih sedikit. Nanti kalau sudah ahli, saya akan mulai menulis

Untuk alasan yang satu ini, saya merasa perlu mengutip slogan yang selalu didengung-dengungkan oleh sahabat saya Eko June:
Anda Tidak Perlu Hebat Untuk Memulai, Tetapi Anda Harus Memulai Untuk Menjadi Hebat.
Berikut adalah kutipan lengkapnya.

Orang2 sukses dan hebat sekarang adalah orang2 yang memulai. Tanpa menunggu agak2 hebat, sedikit hebat, cenderung hebat atau nyerempet hebat :). Tanpa menunggu kondisi ideal digenggaman, baru action. No.
Kenapa saya bilang dalem artinya ?
Karena jika kita memahami dan agak diubah sedikit redaksinya maka akan sesuai dengan kondisi yang kita inginkan dan akan kita lakukan.
Anda Tidak Perlu Seberani Helmy Yahya Untuk Mulai Bicara, Tetapi Anda Harus Mulai Bicara Di Depan Umum Agar Bisa Seberani Helmy Yahya.
....
Anda Tidak Perlu Sepintar Helvy Tiana Rosa Untuk Mulai Menulis, Tetapi Anda Harus Mulai Menulis Agar Bisa Sepintar Helvy Tiana Rosa.
....
Dan masih banyak lagi.
Justru, bila Anda menunggu hingga punya keahlian dan pengetahuan yang banyak untuk mulai menulis, Anda tak akan pernah menjadi ahli. Keahlian dan pengetahuan justru akan Anda dapatkan dari PRAKTEK MENULIS. Semakin sering menulis, maka keahlian dan pengetahuan Anda akan semakin baik.

* * *

 4. Saya tidak tahu bagaimana cara untuk mulai menulis

Ya, banyak sekali orang yang bertanya sambing kebingungan, "Saya ingin menjadi penulis hebat. Bagaimana cara memulainya?"

Sebenarnya, cara untuk mulai menulis sangat gampang: LANGSUNG SAJA MENULIS.
Penulis bukanlah seperti dokter yang harus kuliah selama bertahun-tahun dulu, dan mendapat surat izin praktek dari departemen kesehatan. Untuk menjadi penulis, Anda tak perlu kuliah dulu, tak perlu ujian dulu, tak perlu izin dari siapapun, tak perlu mengumpulkan modal apapun. Pokoknya tak ada yang Anda butuhkan selain nyawa yang belum dicabut.
Bahkan bila Anda tak punya tangan untuk mengetik, Anda bisa menyewa orang lain untuk menuliskan apa saja yang Anda ucapkan.

Bagaimana cara mulai menulis? Ya langsung saja menulis! Mulailah dengan menulis di buku harian. Tulislah apa saja yang Anda rasakan, pikirkan, angankan, dan alami hari ini. Atau mulailah dari blog. Buatlah sebuah blog di Blogspot.com atau Wordpress.com atau Multiply.com. Isilah blog ini dengan apapun yang Anda inginkan. Sebab konsep utama blog adalah kebebasan. Anda bebas mengisi blog Anda dengan apapun yang Anda inginkan, tak ada yang melarang.

Anda mungkin kenal dengan sejumlah blogger ternama seperti Priyadi, Enda Nasution, Ikhlasul Amal, Cosa Aranda, dan masih banyak lagi. Mereka ngetop karena tanpa ba bi bu mereka langsung praktek menulis di blog masing-masing.

Tulisan-tulisan mereka dibaca oleh banyak orang, lalu orang-orang tersebut menyukai tulisan mereka, lalu mereka dipuji, lalu kepercayaan diri mereka tumbuh, lalu mereka semakin giat untuk menulis, lalu mereka makin ngetop, lalu mereka makin dihormati, lalu mereka sering diundang jadi pembicara di mana-mana.
Masyarakat kini menganggap mereka adalah orang penting, padahal mereka awalnya bukan siapa-siapa. Semua pencapaian dan kesuksesan yang mereka dapatkan sekarang berawal dari sesuatu yang bernama MULAI MENULIS.

Bila Anda masih bertanya "Bagaimana cara untuk mulai menulis?", sebenarnya Anda sudah tahu jawabannya. Tak perlu bingung tak perlu heran. Langsung saja menulis. Ini adalah hal yang sangat amat gampang banget sekali!

* * *

Jadi kita kembali ke pertanyaan awal, "Kapan saat yang tepat untuk MULAI MENULIS?"
Jawabannya adalah SAAT INI JUGA!!!

Semoga bermanfaat. Salam sukses!

Jonru

Artikel terkait :
- Materi 01: Motivasi Menulis (Penyakit Internal Penulis Pemula)
- Materi 02: Rahasia Terbesar di Dunia Penulisan 
- Materi 03: Inilah CARA Menjadi Penulis
- Materi 05: Status Penulis Pemula BUKAN Kutukan  
- Materi 06: Kiat Mengatasi Penyakit Malas Menulis  
- Materi 07: Cara Membuat Tulisan yang Berkualitas 
- Materi 08: Kiat agar Punya Banyak Ide dan Produktif Menulis 
4/23/2012 01:15:00 AM | 0 komentar | Read More

Materi 03: Inilah CARA Menjadi Penulis

Written By Unknown on Monday, April 9, 2012 | 4/09/2012 02:39:00 PM

Materi 03
Newsletter Pintar Menulis dalam 9 Minggu

Inilah CARA Menjadi Penulis
Oleh: Jonru
www.jonru.net

Boleh dibilang, ini termasuk salah satu “pertanyaan sejuta umat” di dunia penulisan.
Sejak beberapa tahun lalu, banyak sekali teman yang bertanya pada saya, “Bagaimana caranya agar saya menjadi penulis?” Banyak pula yang meminta tips atau kiatnya.
Karena banyaknya pertanyaan itulah, dan karena saya orangnya malas mengulang-ulang jawaban yang sama, maka saya akan coba tulis di sini jawabannya.

* * *

Langkah-Langkah Menjadi Penulis
Untuk menjadi penulis, yang harus Anda lakukan hanyalah satu hal: MENULIS!
Ya, sangat gampang, bukan? Menulislah!“
“Apa yang harus saya tulis?”
Mulailah menulis dengan tema/topik yang paling Anda sukai, minati dan kuasai. Tulislah hal-hal yang paling dekat dengan keseharian Anda. Ini akan membuat Anda lebih lancar dalam menulis, sebab Anda SANGAT menguasai hal-hal yang sedang Anda bahas.
“Lalu saya harus menulis di mana?”
Ya, di mana saja. Di buku harian, di atas kertas, di handphone, di blog, di mana saja yang Anda inginkan.
“Bagaimana caranya?”
Mulailah menulis secara spontan. Secara bebas. Lupakan dulu semua aturan, kaidah dan sebagainya yang membelenggu pikiran. Intinya, Kiat Menulis Bebas! Silahkan baca lagi materi atau modul newsleter ini yang membahas Kiat Menulis Bebas.
”Lho, bukankan untuk menulis itu ada teorinya? Ada kiatnya? Ada pedomannya? Ada panduannya? Ada rumusnya?”

Ya, benar. Tapi semua itu bisa dipelajari sambil jalan. Yang penting, mulailah menulis secara spontan, secara bebas. Lupakan semua teori! Baca yang ini dulu deh (Dan jangan cuma dibaca. Harus dipraktekkan juga. Agar Anda makin paham maksudnya).
“Oke. Lantas bagaimana cara membuat tulisan yang bagus, yang berkualitas, yang menggugah, yang hebat, yang luar biasa?”
Jawabannya bisa dibaca pada materi berikutnya di newsletter ini, ya. Mohon bersabar :)
”Oke. Lantas, bagaimana caranya agar saya menjadi penulis yang produktif? Saya sering kehabisan ide, lho….”
Idem. Jawabannya bisa dibaca pada materi berikutnya di newsletter ini, ya. Mohon bersabar :)
”Baiklah. Setelah menulis, saya tentu ingin agar karya saya dipublikasikan. Dimuat di media, atau diterbitkan menjadi buku. BAGAIMANA CARANYA?”
Coba baca buku ”Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat”. Semua penjelasannya ada di situ. Info lengka buku ini bisa dibaca di www.penulishebat.com.
Atau, Anda bisa menerbitkan buku, 100% bebas penolakan di www.DapurBuku.com.

* * *

Jadi, gampang sekali, bukan?

Akhir kata, saya ingin mengutip beberapa kata bijak, yang semoga bermanfaat bagi Anda:

·Take Action Miracle Happens. No Action No Happens. Jadi SEGERALAH BERAKSI. MENULISLAH SEKARANG JUGA!

·Teori, kiat, dst bisa membuat Anda pintar, BUKAN AHLI. Keahlian datang dari PRAKTEK. Jadi SEGERALAH PRAKTEK. MENULISLAH SEKARANG JUGA!

·Anda tidak harus menjadi hebat untuk memulai, tapi Anda harus memulai untuk menjadi hebat. Kalau Anda tidak mulai juga, lalu kapan akan jadi AHLI? Jadi SEGERALAH PRAKTEK. MENULISLAH SEKARANG JUGA!

·Semua penulis sukses pasti berawal dari BELAJAR MENULIS. Awalnya mereka bukan siapa-siapa. Mereka sukses karena mereka ACTION, berjuang tak kenal lelah, tidak mudah menyerah, fokus pada tujuan, dan penuh percaya diri.

·Untuk menjadi dokter, Anda harus menjadi sarjana kedokteran dulu. Tapi untuk menjadi penulis, Anda tidak harus melakukan atau menunggu atau mendapatkan apapun. Yang perlu Anda lakukan hanyalah MULAI MENULIS!

Semoga bermanfaat. Salam sukses!

Jonru

Artikel terkait :
- Materi 01: Motivasi Menulis (Penyakit Internal Penulis Pemula)
- Materi 02: Rahasia Terbesar di Dunia Penulisan

- Materi 04: Kapan Saat yang Tepat untuk Mulai Menulis?
- Materi 05: Status Penulis Pemula BUKAN Kutukan
- Materi 06: Kiat Mengatasi Penyakit Malas Menulis  
- Materi 07: Cara Membuat Tulisan yang Berkualitas 
- Materi 08: Kiat agar Punya Banyak Ide dan Produktif Menulis
4/09/2012 02:39:00 PM | 0 komentar | Read More

Manfaat Ghibah

Written By Unknown on Wednesday, April 4, 2012 | 4/04/2012 01:20:00 PM

Diasuh Oleh: Dr Moh Ali Toha Assegaf
Penanggungjawab Rumah Sehat Afiat 
dan 
Pengkaji Kedokteran Nabi.
Dokter juga menjabat Direktur RSCM Jakarta. 
Praktik: Jl Limo Raya Ruko Griya Cinere II/No 3, Depok, Telp.021-7547291
 .
TANYA :

Assalamu’alaikum Wr Wb

Dokter, dalam buku Bapak berjudul Smart Healing Bapak menjelaskan bahwa mengacu kepada QS al-Hujurat, ayat 12, maka ghibah bisa menyebabkan mutasi genetik. Bagaimana menjelaskan masalah ini secara ilmiah sementara saya belum menemukan jawabannya.
Mohon bisa dijelaskan.

Abu Mansyur – Bogor

Wa’alaikumussalam Wr Wb

JAWAB:

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi besar Muhammad saw beserta keluarganya, dan semoga keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan Allah limpahkan bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya.

Ada beberapa sisi medis yang membuat saya ingin mengulas bahaya penyakit hati ini, bahwa banyak pasien yang datang berobat kepada saya terungkap dalam wawancara bahwa mereka tidak sakit secara fisik melainkan menanggung beban moral akibat memupuk penyakit hati yang berakibat atas fisiknya. Di Negara-negara “maju” yang katanya negara demokrasi saya yakin jika ada penelitian yang mendalam akan ketemu bahwa kebanyakan mereka memupuk penyakit hati yang mengakibatkan mereka tidak sehat.

Semakin maju suatu negara termasuk negara kita Indonesia ini maka penyakit hati semakin berkembang pesat dan sayangnya masyarakat tidak tahu bahwa itu menyebabkan seseorang menjadi tidak sehat. Kalau Bapak perhatikan gejala-gejala kebebasan yang dibahasakan dengan demokrasi dan anak cucunya telah melahirkan dampak yang berbahaya untuk semua sektor kehidupan termasuk kesehatan yang dampak ini menggulung umat manusia tanpa mereka bisa menyetopnya, kecuali mereka mau mengubah dan menyederhanakan pemikiran kebebasan tak terbatas itu.

Di bidang kebebasan menyatakan pendapat orang berbicara semaunya dan seringkali menganiaya orang lain dengan kata-katanya tanpa mengenal belas kasihan. Sementara Rasulullah saw bersabda, ”Seorang Mukmin sejati adalah orang yang orang Mukmin lainnya teramankan dari kejahatan lisannya dan tangannya”. Wal’iyaadhubillah masyarakat sekarang banyak yang mengabaikan nasihat Rasulullah saw ini.

Dalam hal ghibah Allah SWT menjelaskan dalam QS al-Hujurat, 49:12 yang artinya:” …. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang (memata-matai) dan janganlah kalian menggunjing satu sama lain. Adakah di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.

Ayat ini menjelaskan 2 hal yaitu yaghtaab dan tajassus, menggunjing dan memata-matai, yang keduanya merusak ketenangan hidup masyarakat sampai-sampai dikatakan seolah seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Sebuah ironi yang menggambarkan sesuatu yang sangat menjijikkan. Di antara bahaya yang bisa menimpa orang yang menggunjing dan atau memata-matai adalah bahwa kita akan ketularan memiliki sifat yang sama dengan orang yang digunjing, dan wal’iyaadhubillah akibatnya memiliki penyakit seperti orang yang digunjing, kenapa demikian adalah karena saya yakin bahwa sebagian besar penyakit timbul karena diprogram oleh pikiran kita sendiri.

Ini juga sudah dibuktikan dengan beberapa penelitian di AS dan Eropa bahwa sebagian besar penyakit terjadi karena orang memikirkan tentang berbagai keburukan. Jika kita ingin menciptakan masyarakat yang sehat maka harus ada usaha mempersempit peluang berkembangnya penyakit hati di antara masyarakat itu. Dalam hal mutasi genetik adalah perubahan sifat gen yang terjadi pada mahluk hidup, yang bisa dipengaruhi pengaruh zat kimia, radiasi sinar radioaktif, infeksi virus, dan lain sebagainya atau akibat rekombinasi yaitu perkawinan atau persilangan yang menyebabkan munculnya varian baru. Atau pengaruh lingkungan luar , yaitu, perubahan fisik atau karakter akibat melakukan hal-hal tertentu yang tadinya dianggap tidak nyaman lama kelamaan menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.

Anda bisa memperhatikan bahwa teman yang sekian puluh tahun tidak pernah berjumpa dengan kita bisa jadi ketika bertemu akan berubah sikapnya sampai 180 derajat dan kadang-kadang membuat pembicaraan kita dengannya tidak lagi nyaman. Ini semua karena pengaruh lingkungan yang membentuk karakter barunya, dan inilah yang saya sebut mutasi genetik. Orang yang tadinya sabar kemudian jadi pemarah, akan terancam terkena penyakit para pemarah, orang yang tadinya rendah hati kemudian berubah menjadi sombong akan mudah terkena penyakit orang yang sombong.

Khusus orang yang suka berghibah maka dengan memperhatikan ayat yang tersebut diatas maka dia tidak hanya akan mengalami perubahan karakter, namun dia akan merasa nyaman mengerjakan pekerjaan hina seperti orang yang sering digunjingkannya, dan lebih dari itu akhirnya dia bisa terkena penyakit seperti penyakit yang dialami orang yang digunjingkannya karena dia memakan bangkainya. Meskipun memang pernyataan makan bangkai ini bukan makan bangkai secara fisik namun penularan penyakit fisik ini itu seperti tertular penyakit melalui bangkainya.

Demikian semoga bermanfaat, ushiikum wa iyyaya bitaqwallah.

Judul Asli : PENYAKIT GHIBAHSumber:
Majalah SABILI Edisi 06/XIX

http://www.sabili.co.id
4/04/2012 01:20:00 PM | 0 komentar | Read More

Materi 02: Rahasia Terbesar di Dunia Penulisan

Written By Unknown on Monday, April 2, 2012 | 4/02/2012 10:32:00 AM

Materi 02
Newsletter Pintar Menulis
dalam 9 Minggu


Rahasia Terbesar di Dunia Penulisan
Oleh: Jonru
www.jonru.net

Bila Anda sedang membaca tulisan ini, Selamat! Sebab Anda adalah PENULIS YANG HEBAT!
Tahukah Anda, pertanyaan apa yang paling sering diajukan oleh para penulis?
Ya, betul!
Pertanyaan-pertanyaan seputar ide tulisan, bagaimana caranya agar tidak mentok ketika menulis, bagaimana cara mengembangkan ide tulisan, dan seterusnya.
Banyak penulis yang bingung ketika harus memulai menulis. “Apa yang pertama kali harus saya tulis?”
Banyak pula yang sudah punya ribuan ide di kepala, tapi tetap bingung bagaimana harus menuangkannya ke dalam tulisan.
Apakah Anda juga mengalami hal seperti itu?
Saya yakin, setiap penulis PERNAH mengalaminya.
Karena itulah, tulisan ini saya beri judul “Rahasia Terbesar Dunia Penulisan”.
Sebab kiat yang akan disampaikan di sini, berhubungan erat dengan PERTANYAAN TERBESAR tadi.
Bagaimana caranya agar kita lancar dalam menulis? Bagaimana caranya agar tidak mentok lagi?

* * *

Oke, saya akan beberkan RAHASIA TERBESAR tersebut. Saya menyebutnya sebagai RAHASIA TERBESAR, karena ini adalah salah satu kunci sukses Anda untuk mewujudkan impian menjadi penulis sukses.
RAHASIA SUKSES TERSEBUT adalah:
Otak kanan dulu, baru otak kiri
“Apa maksudnya?”
Begini:
Otak kanan adalah otak yang penuh kreativitas, suka spontanitas, kebebasan sebebas-bebasnya, dan tak peduli pada aturan apapun. Sementara otak kiri adalah otak yang suka menganalisis, berpikir, dan mempertimbangkan banyak hal.

Nah, banyak orang yang sulit dalam menulis, bingung harus mulai dari mana, bahkan mandeg dalam menuangkan ide. Tahukah Anda apa sebabnya? Tak lain dan tak bukan karena mereka memulai menulis dengan otak kiri. Mereka menulis dengan penuh pertimbangan, penuh analisis, banyak berpikir, sehingga tulisan mereka tak jadi-jadi, bahkan kemungkinan besar belum mulai-mulai juga.

Yang lebih tragis, mereka telah mendapatkan (membaca atau mendengar) banyak TEORI DAN KIAT PENULISAN. Teori-teori tersebut memenuhi otak kiri dan menghantui proses kreatif mereka dalam menulis. Akibatnya, setiap kali mulai menulis, teori-teori tersebut terus-menerus menghantui mereka. Mereka pun semakin banyak berpikir, semakin banyak pertimbangan, semakin banyak analisis.
“Apakah tulisan yang saya buat ini sesuai dengan teori A? Apakah tulisan in tidak bertentangan dengan teori B? Apakah tulisan saya ini ada landasan teorinya?”

Hm... ketahuilah sahabatku:
Bila Anda mulai menulis dengan cara seperti itu, percayalah bahwa Anda tak akan pernah berhasil membuat satu tulisan pun!
Karena itulah, Anda perlu menerapkan rahasia terbesar yang saya tulis di atas:
“Otak kanan dulu, baru otak kiri”
Maksudnya:
Mulailah menulis dengan penuh kebebasan. Jangan hiraukan teori apapun. Tuangkan semua ide Anda secara bebas, semau-mau Anda, sesuka-suka Anda. Jangan pikirkan apapun kecuali satu hal: “Pokoknya tulisan ini harus selesai!”

Nah, bila Anda mulai menulis dengan cara seperti itu, maka itu adalah langkah yang benar, karena yang pertama kali Anda gunakan adalah otak kanan Anda. Insya Allah, proses menulis Anda akan sangat lancar, tulisan Anda pun bisa selesai dalam waktu singkat.
Setelah tulisan selesai, silahkan istirahatkan otak kanan Anda. Sekarang saatnya beralih ke otak kiri. Biarkan dia bekerja. Ingatlah seabreg teori dan kiat penulisan yang telah Anda dapatkan.
Lalu mulailah berpikir:
-O, paragraf dua ini sepertinya agah aneh, deh.
-Kalimat yang ini kok tidak sesuai EYD?
-Penggambaran karakter tokoh yang saya buat kok tidak sesuai dengan teori “kiat membangun karakter tokoh” yang baru kemarin saya baca?
-Opini yang saya tulis kok terlalu lemah dan landasan teorinya kurang, ya? Apa perlu saya lengkapi lagi datanya?
-Dan seterusnya dan seterusnya.

Nah, ketika sedang menggunakan otak kiri inilah Anda bebas mengedit dan merevisi tulisan Anda. Permaklah ia sehingga lebih bagus, lebih berkualitas.

PANTANGAN TERBESAR:
Jangan biarkan otak kiri Anda ikut nimbrung ketika otak kanan Anda masih sibuk bekerja.
Dengan kata lain: Jangan mengedit atau merevisi tulisan Anda sebelum ia benar-benar selesai. Teruslah menulis sesuka Anda, dengan cara apapun yang Anda inginkan. Proses editing atau revisi baru boleh dikerjakan bila tulisan Anda sudah selesai. Bila Anda membiarkan otak kiri masuk ketika otak kanan sedang bekerja, percayalah bahwa itu akan menyebabkan proses penulisan Anda menjadi lambat, bahkan mungkin mandeg. Anda pun jadi bingung luar biasa.

Kesimpulannya:
Walau Anda memiliki banyak koleksi teori dan kiat penulisan, mohon agar menggunakannya secara tepat. Gunakan dia untuk otak kiri, bukan untuk otak kanan.
Percayalah! Otak kanan tidak membutuhkan teori apapun! Setiap kali mulai menulis, biasakanlah untuk menggunakan otak kanan Anda terlebih dahulu.
Inilah rahasia terbesar di bidang penulisan yang perlu kita ketahui bersama.
Semoga bermanfaat. Salam sukses!

Jonru

Artikel terkait :
- Materi 01: Motivasi Menulis (Penyakit Internal Penulis Pemula)

-Materi 03: Inilah CARA Menjadi Penulis

- Materi 04: Kapan Saat yang Tepat untuk Mulai Menulis?
- Materi 05: Status Penulis Pemula BUKAN Kutukan  
- Materi 06: Kiat Mengatasi Penyakit Malas Menulis  
- Materi 07: Cara Membuat Tulisan yang Berkualitas 
- Materi 08: Kiat agar Punya Banyak Ide dan Produktif Menulis 

4/02/2012 10:32:00 AM | 0 komentar | Read More