Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

HypnoPareting: Anchor Peluk vs Gendong

Written By Unknown on Monday, December 3, 2012 | 12/03/2012 05:32:00 PM

HypnoPareting: Anchor Peluk vs Gendong
Oleh Idzma Mahayattika

“Sini, peluk sama Ayah”

Kalimat yang selalu saya katakan ketika Gaza dan Filan sedang
menangis atau merasa tidak nyaman. Kemudian, saya memeluk mereka
dengan penuh kasih saying untuk menenangkan dan membuat nyaman. Saya
menggunakan kata peluk untuk meng-anchor kata “peluk” di pikiran bawah
sadar saya, Gaza dan Filan. Sehingga ketika saya bilang “peluk”, maka
pikiran bawah sadar saya akan mengakses “kondisi” atau “state” diri saya
yang “penyayang, menenangkan dan melindungi”. Disisi lain kata “peluk” akan
membuat pikiran bawah sadar Gaza dan Filan mengakses kondisi “disayang,
ditenangkan dan dilindungi”. Jadi buat saya, kata peluk sama dengan
“menenangkan, menyayangi dan melindungi”. Dan buat Gaza&Filan kata
“peluk” sama dengan “disayang, ditenangkan dan dilindungi”.

Kenapa saya menggunakan kata peluk? Bukan gendong? Padahal yang
saya lakukan seringkali mirip menggendong atau bahkan sebenarnya
menggendong. Betul, sebenarnya posisi pelukan saya juga seringkali berbeda-
beda tergantung maunya Gaza dan Filan. Walaupun saya juga punya posisi
pelukan andalan, Gaza atau Filan saya peluk di dada dengan tangan saya
mendekap punggungnya :)

Kalau saya menggunakan kata gendong, saya akan kesulitan ketika
anak-anak sudah besar. Hei! Kan berat kalo harus gendong anak kalo dia
sedang menangis. Apalagi kalo dia meronta-ronta! Susaaah! Sekarang saja
saya kesulitan, kalo keduanya nangis dan minta gendong. Nah kalo peluk? Kan
tidak harus digendong/diangkat. Pelukan bisa dilakukan sambil berdiri,
jongkok, duduk, bahkan tiduran. Bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di
kamar, di luar ruangan bahkan di dalam mobil. Kalo Gendong? Emang bisa
gendong anak di mobil?

Itulah alasan kenapa saya menggunakan kata peluk ketika menenangkan
anak-anak ketika menangis, tidak nyaman atau tidak aman. Sederhana dan
mudah. Contoh Gaza (3thn) menangis ketika terbangun dari tidurnya, saya pun
sedang tidur. Karena tidur di kamar yang terpisah, Ia lari menuju saya. Saya
yang sedang tidur nyenyak pasti akan pusing ketika terbangun dan langsung
berdiri mendengar tangisan Gaza. Dengan kata sakti “sini, peluk sama Ayah”
dan pelukan sambil tiduran, ia pun kembali tenang dan tertidur. Sederhana
kan?

Nah setelah membaca penjelasanku diatas, pasti timbul pertanyaan apa
itu “anchor”? lalu bagaimana membuat atau menanamnya? “anchor” adalah
tombol pikiran-perasaan. Sesuatu yang akan membuat kita memunculkan
sebuah pikiran atau perasaan. “Anchor” ini bisa berupa suara, sentuhan atau
sesuatu yang kita lihat. Contoh : setiap melihat lampu lalu lintas menyala
warna merah, apa yang anda pikirkan? Berhenti bukan?. Atau ketika anda
mendengar kata “sayang”, tiba-tiba muncul perasaan ketika disayang oleh istri
atau suami di rumah. Misalnya lagi ketika ada yang menyentuh punggung
anda, maka muncul perasaan ketika disayang sambil diusap punggungnya oleh
orang tua. Nah “lampu merah” itu anchor untuk “berhenti”, kata “sayang” itu
anchor untuk perasaan disayang istri atau suami dan “sentuhan punggung” itu
anchor untuk perasaan disayang orang tua. Nah Anchor ini berbeda di masing-
masing orang, karena kan pikiran dan perasaannya berbeda.

Bagaimana membuat atau menanamnya? Caranya sederhana, yaitu
dengan memberikan perlakuan yang sama pada sebuah hal berulangkali. Misal
Saya memberikan perlakuan sama ketika anak saya menangis. Yaitu dengan
mengatakan “sini, peluk sama ayah” dan memeluknya. Sehingga kata peluk ini
akan menjadi anchor buat anak-anak saya. Anchor ini juga bisa terbentuk
secara tidak sengaja, misal setiap kali marah, ayah&bunda marah pada anak
sambil menunjuknya. Bisa jadi, ketika ada orang yang menunjuknya ia akan
mengakses pikiran atau perasaan dimarahi,karena ditunjuk menjadi anchor
untuk dimarahi. Anchor juga bisa ditanam ketika intensitas perasaannya
sedang tinggi, atau ketika dilekatkan dengan sebuah emosi yang dalam. Misal
ketika anak sedang sangat sedih ketika orang tuanya meninggal, kemudian ia
saat itu sedang menggunakan sebuah Topi. Topi itu bisa menjadi anchor dari
perasaan sedih tersebut. Sekarang sudah siap mempraktekannya kan? Anchor
apa yang akan ayah&bunda tanam di ananda? Oh iya…Sssst…anchor ini jg
bisa ditanam untuk mencapai kepuasan suami istri lho #uhuk :)

Untuk Senyum Anak Indonesia

@K_IDZma
HypnoStoryteller-Family hypnotherapist-coach-trainer
www.kidzsmile.info

0 komentar:

Post a Comment

Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.