MAU MENDIRIKAN KHILAFAH? MULAILAH DARI SEKARANG!!!
Oleh: Ustadz Sarwat, Lc
Salah satu yang membuat kita berdecak kagum kepada sejarah umat Islam
dalam masa-masa khilafah Islamiyah adalah persembahan yang diberikan tiap
khilafah itu kepada umat manusia. Salah satu persembahan yang utama
adalah jaminan pendidikan dan kesehatan buat semua orang, bukan hanya
umat Islam, tetapi semua pemeluk agama.
Perguruan Tinggi di dunia Islam sejak dulu tidak pernah memungut bayaran
dari para mahasiswanya. Sebaliknya, semua mahasiswa malah mendapatkan
gaji dan tunjangan dari kampusnya. Baik kampus itu milik negara atau pun
milik swasta.
Maka tidak heran kalau dunia pendidikan saat itu sangat maju dan berkualitas.
Sebab semua orang yang ingin belajar, mendapatkan bantuan dari semua
pihak. Bukan saja dari negara, tapi dari semua elemen masyarakat.
Dan gratisnya pendidikan adalah ciri sebuah khilafah Islamiyah. Kalau hari ini
ada keinginan untuk mengembalikan lagi khilafah, rasanya sangat tepat kalau
ciri-ciri itu kita mulai lebih dahulu. Agar orang tahu, bahwa mendirikan
khilafah itu memang ada manfaatnya yang langsung bisa dirasakan, bukan
saja oleh umat Islam, tetapi juga orang pemeluk agama lain.
Sayangnya, nyaris semua kampanye untuk kembali kepada khilafah saat ini,
berhenti hanya sebagai slogan kosong tanpa makna. Kalau cuma bicara doang,
semua orang juga bisa. Tapi yang dibutuhkan adalah bukti nyata, amal, kerja,
prestasi, hasil, manfaat yang real. Bukan hanya janji-janji kosong bak calon
anggota legislatif. kalau nanti saya terpilih, saya akan begini dan begitu. Kalau
nanti khilafah sudah bediri, nanti kita akan begini dan begitu. Kalau ada
khilafah nanti kita akan makmur.
Itu terbalik. Ciptakan dulu kemakmuran, setidaknya di kalangan yang terbatas,
sehingga semua orang tahu dan melihat langsung buktinya. Baru nanti semua
orang akan melirik dan melihat langsung. Kemudian orang akan mengambil
kesimpulan. Ooo, mereka itu makmur karena mereka menerapkan syariat
Islam, yang kalau semakin besar, akan menjadi khilafah.
Saudara-saudara saya yang sangat getol mengkampanyekan tegaknya khilafah
itu rupanya bingung harus mulai dari mana perjuangan mereka itu. Persis
orang yang bingung, mana duluan, telur atau ayam.
Padahal contoh dari Nabi SAW itu jelas sekali. Tidaklah Madinah itu didirikan,
kecuali kalau sudah ada muhajirin dan anshar. Artinya, tidak mungkin khilafah
Islam itu berdiri, kalau tidak ada umatnya.
Loh, 1,5 milyar ini apa bukan umat?
Benar, mereka itu umat. Tapi umat yang tidak berhak memiliki khilafah.
Karena mereka umumnya tidak kenal agama Islam yang dipeluknya sejak lahir.
Yang mereka kenal sekedar ritual-ritual tanpa makna. Karena faktor keturunan
saja mereka sekarang secara formal beragama Islam.
Benar, mereka itu umat. Tapi mereka tidak bersatu seperti 15 juta orang
yahudi di seluruh dunia. Mereka lebih suka hidup berkelompok-kelompok
sambil asyik saling mengejek dan menjelekkan satu sama lain, sembari
membanggakan kelompok mereka sendiri. Setiap partai membanggakan apa
yang mereka punya. Setiap jamaah merasa paling unggul dengan prestasinya.
Setidak ormas merasa paling berjasa dengan karyanya. Setiap gerakan merasa
paling populer dengan nama besarnya. Setiap murid merasa paling benar
dengan fatwa ustadznya.
Benar, mereka umat. tapi mereka juga belum lagi menerapkan syariah dalam
pribadi dan keluarga mereka. Bahkan mereka pun belum lagi mengerti detail-
detail syariah. Karena mereka tidak pernah belajar ilmu syariah secara serius.
Latar belakang pendidikan mereka tidak lain adalah ilmu-ilmu milik orang kafir
yang sekuler. Ilmu-ilmu keislaman yang mereka punya sangat terbatas,
dangkal, dan sebisa-bisanya saja. Tidak mengambil dari sumber ilmu itu
sendiri secara matang dan serius.
Benar, mereka umat. Tapi apa yang mereka makan, tidak tahu halal haramnya.
Apa yang mereka minum, juga tidak tahu halal haramnya. Apa yang mereka
pakai, juga tidak tahu halal haramnya. Apa yang mereka dapatkan dari rejeki,
juga tidak pasti halal haramnya.
Benar, mereka umat. Tapi mereka tidak tahu siapa yang jadi mahram dan
siapa yang bukan. Mereka tidak tahu cara bagi waris yang diajarkan
Rasulullah SAW. Mereka tidak tahu bahwa mengucapkan talak kepada istri
walau cuma main-main ternyata jatuh juga. Mereka tidak tahu kalau wanita
yang ditalak suaminya itu ada masa iddahnya dan tidak boleh keluar dari
rumah suaminya.
Benar, mereka umat. Tapi mereka tidak tahu bahwa macet di jalanan kota
Jakarta itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menjama` shalat. Dan bahwa
menjama` shalat itu tidak boleh dilakukan setelah sampai di rumah, karena
sudah bukan musafir lagi.
Dalam keadaan yang sangat awam dan parah dalam keawaman itu, rasanya
masih mimpi kalau kita bicara tentang tegaknya khilafah islam. Sebab
keawaman-keawaman seperti itu tidak pernah terjadi di masa tegaknya
khilafah Islam selama 14 abad ini. Dan tidaklah khilafah Turki Utsmani runtuh
di tahun 1924 yang lalu, kecuali karena umat ini semakin awam dan terlalu
awam dengan syariah Islam.
Maka kalau kita bercita-cita ingin mengembalikan lagi khilafah Islamiyah
seperti itu, langkah pertama yang harus ditempuh adalah kita wajib
menghidupkan kembali ilmu-ilmu keislaman, sehingga seluruh lapisan umat
yang 1,5 milyar ini MELEK syariah. Bukan cuma melek, tapi sampai paham,
mengerti, nyambung, tahu, ngeh, dan ngelotok. Kemudian mereka menerapkan
syariah itu, minimal mulai dari diri sendiri, kemudian di dalam lingkungan
terdekat, yaitu keluarga dan tetangga. Dan seterusnya sampai masyarakat,
negera dan dunia.
Jangan sampai orang yang teriak-teriak mengajak untuk mendirikan khilafah
malah tidak mengerti detail syariah Islam. Atau tidak bisa berbahasa Arab,
sehingga tidak mampu merujuk kepada turats (warisan) ilmu-ilmu keislaman
yang asli. Jangan sampai dia malah orang yang masih belajar mengeja huruf
Al-Quran, atau baca Quran tidak fasih yang hanya bikin kuping jadi
kesemutan.
Katanya mau mendirikan khilafah, lha wong baca Quran aja termehek-mehek
gitu kok?
Kenapa begitu?
Karena bicara khilafah artinya bicara berjuta bahkan bermilyar pekerjaan besar.
Dan semua itu harus sudah dimulai sejak sekarang, bukan menunggu kalau
khilafah sudah berdiri, baru mau kerja.
Salah satu pekerjaan rumah itu ya belajar dulu deh baca quran yang fasih,
tanpa salah, dan enak didengar. Kalau itu saja masih belum dikerjakan, terus
mimpi bikin khilafah, waduh . . .
Pekerjaan lainnya ?
Ya, itu tadi. Gimana caranya kita bisa punya kampus dan rumah sakit yang
gratis. Sebab di masa khilafah dulu, semua kampus dan rumah sakit memang
gratis, baik yang negeri atau yang swasta. Dan untuk punya kampus atau
rumah sakit yang gratis, tentu tidak harus menunggu khilafah berdiri dulu.
Sebaliknya, justru keberadaan kampus dan rumah sakit gratis itulah yang akan
membuat orang-orang tertarik ikut mendirikan khilafah. Karena memang ada
manfaat yang nyata dan langsung bisa dirasakan umat.
Bukan sekedar koar-koar dan omong kosong.
Wasalam
*dikutip dari: http://www.ustsarwat.com/
0 komentar:
Post a Comment
Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.