Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

17 Jurus Islami Mengatasi Kesedihan

Written By Unknown on Saturday, December 11, 2010 | 12/11/2010 02:01:00 PM

Kesedihan adalah perasaan jiwa yang bersifat naluriah, berupa kecil hati dan hilangnya rasa senang dan gembira pada seseorang. Perasaan ini dialami setiap orang dari waktu ke waktu, tergantung sikap mental yang ada pada dirinya dan kesulitan hidup yang dialaminya. Oleh karena itu, perasaan ini pada umumnya tidak selamanya menghinggapi manusia. perasaan ini dapat hilang dengan sendirinya atau manusia itu sendiri sanggup melawannya dengan cara yang tepat. Berikut adalah tips-tips untuk mengatasi kesedihan:

1. Mengingat bahwa hidup ini diciptakan dengan tabiat duka dan nestapa
Duka dan nestapa memang sudah menjadi tabiat dan kelaziman hidup didunia, siapa pun tidak dapat mengelak dari kenyataan ini. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (Al-Balad:4)
Berdasarkan ayat ini, manusia hidup dalam keadaan selalu mengalami susah payah sesuai takdir yang ditentukan untuknya sampai dia menghadap Rabb-nya. Oleh karena itu manusia harus memperteguh dirinya dalam menghadapi semuanya ini.

2. Mengingat bahwa semua manusia mengalami kesedihan Ya, hendaklah kita semua mengingatkan diri kita masing-masing bahwa seluruh Bani Adam yang ada di muka bumi, meskipun berbeda-beda tempat dan derajatnya masing-masing, semuanya ditimpa kesedihan dan hal-hal yang tidak diinginkan, sama seperti halnya yang dialami orang lain. Oleh karena itu, hendaklah orang yang sedang bersedih hati menghibur dirinya bahwa tidak hanya dia sendiri yang sedang ditimpa kesedihan. Seorang ulama salaf berkata,"Di antara hal-hal yang paling efektif bagi orang yang terkena musibah adalah hendaklah dia memadamkan api musibahnya dengan embun keteladanan yang dicontohkan oleh orang lain yang juga terkena musibah. Selain itu, hendaklah dia menyadari bahwa di setiap desa, kota, di setiap rumah, bahkan di mana saja selalu ada orang yang terkena musibah."

3. Mengingat bahwa Musibah adalah takdir
Maksudnya, hiburlah diri anda bahwa segala sesuatu yang menimpa adalah bagian dari ketetapan dan takdir Allah Ta'ala, yang sedikit pun tidak bisa di tolak karena telah menjadi ketetapan baginya sebelum dia lahir ke dunia. Sesungguhnya musibah-musibah yang menimpa manusia semuanya telah tercatat dalam lauh Mahfuzh. Allah berfirman:

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Al-Hadid:22)

Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mencatat takdir-takdir para makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi." (Muslim no. 2653)

4. Mengingat bahwa Sabar itu ada pahalanya
Maksudnya, hendaklah orang mukmin menyadari bahwa apabila dia bersabar dan menerima dengan ikhlas ketika ditimpa musibah dan kesedhan, maka dia mendapat pahala. Rasulullah bersabda:
"Tidaklah orang mukmin ditimpa suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan, dan kesusahan, sampai duri yang menusuknya sekalipun, kecuali Allah menghapus dengan nya kesalahan-kesalahannya." (Bukhari dan Muslim)

5. Yakin bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hambanya
Maksudnya Allah takkan menakdirkan sesuatu, melainkan ada hikmah yang dikehendaki-Nya. Hal ini dikarenakan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla  tidak mungkin melakukan kesia-siaan. Jadi tidak ada ketentuan Allah tanpa suatu hikmah yang dikehendaki-Nya. Selain itu, Allah juga lebih mengasihi hamba-hamba-Nya daripada mereka terhadap diri mereka sendiri. Allah berfirman:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah:216)

Ibnul Qayyim berkata, "Adalah termasuk rahmat dari yang maha Pengasih diantara semua pengasih, bahwa Dia menguji seseorang dengan berbagai macam cobaan. Karena, Allah Ta'ala lebih mengetahui kemaslahatan bagi orang tersebut. Jadi, cobaan dan ujian yang Dia berikan kepadanya dan dicegahnya orang tersebut dari berbagai keinginan dan syahwat-syahwatnya adalah termasuk rahmat Allah terhadap dirinya. Akan tetapi, karena terlalu bodoh dan zhalimnya, orang tersebut kemudian menuduh Tuannya macam-macam karena cobaan tersebut dan tidak mengetahui bahwa Allah justru berbuat baik kepadanya dengan cobaan dan ujian yang Dia berikan itu."

6. Membentengi diri dengan kesabaran
Allah berfirman:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
(Al-Baqarah 155-157)

Yakni menahan diri jangan sampai berkeluh kesah dan bersungut-sungut, tetapi ridha menerima qadha Allah dan mengharapkan pahala-Nya. Inilah kewajiban seorang muslim ketika menghadapi musibah-musibah dan kesedihan-kesedihan yang menimpa dirinya. selain itu, hanya dengan cara inilah orang yang sedang mengalami bencana menunjukkan kehambaannya kepada Allah. Ibnul Qayyim berkata,"Sabar itu wajib menurut ijma seluruh umat. Ia merupakan setengan dari iman. Jadi iman itu satu. Setengahnya adalah sabar dan setengah lainnya dalah syukur." Sabar dapat terlaksana dengan tiga hal:
1. Menahan diri dari berkeluh kesah dan bersungut-sungut.
2. menahan lidah dari mengadu kepada sesama makhluk
3. Menahan anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kesabaran.

7. Melihat keadaan orang yang mengalami Musibah lebih dahsyat
Betapa pun dahsyatnya musibah yang menimpa seseorang, tetapi dia -andaikan mencari- akan menemui orang yang mengalami musibah lebih dahsyat lagi. Oleh karena itu Allah berfirman:

"Lihatah kepada orang yang lebih rendah darimu, dan jangan melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. itu lebih patut (kamu lakukan), supaya kamu tidak memandang remeh nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu." (Muslim No. 2963)

8. Memohon kepada Allah agar menyingkirkan bencana yang menimpa
Selain dari usaha-usaha tersebut, kita juga memohon kepada-Nya agar memberi akhir yang baik dari bencana itu. Dalam hal ini, orang mukmin hendaklah mengucapkan seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi Ya'kub:

"Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku,"(Yusuf:86)

Manusia hendaknya mengadukan keperluannya dan kesusahannya kepada Allah semata. Dalam As-Sunnah banyak kita temui doa-doa yang khusus mengenai kesusahan, kecemasan, dan kesedihan seperti:

a. Doa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah sewaktu mengalami kesusahan, beliau mengucapkan:


"Tiada Tuhan sekain Allah yang Maha Agung lagu Maha penyantun. Tiada Tuhan selain Allah, Pemilik Arsy yang agung. Tiada Tuhan Selain Allah, pemelihara langit dan bumi dan pemilik Arsy yang mulia." (Bukhari No. 6345)

b. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud Rasulullah bersabda."Tidak seorang pun yang mengalami kecemasan maupun kesedihan, lalu mengucapkan:


Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang lelaki, dan anak hamba-Mu yang perempuan. Ubun-ubunku ada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku padaku, keputusan-Mu adil padaku. Aku memohon kepada-Mu dengan menyebut segenap nama yang Engkau miliki, yang dengan itu Engkau namai Diri-Mu, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada seseorang dari Makhluk-Mu, atau engkau simpan sendiri dalam ilmu gaib yang ada di sisi-Mu, jadikanlah Al-Quran penyegar hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, dan pelenyap kecemasanku,
" kecuali Allah akan menghilangkan kecemasan dan kesedihannya dan akan menggantinya dengan suatu jalan keluar." Menurut suatu riwayat "menggantinya dengan suatu kegembiraan." Seorang perawi berkata,"Maka seseorang bertanya,"Ya Rasulullah, tidakkah kami mempelajari doa ini? Rasul menjawab Tentu, siapa pun yang mendengarnya patut mempelajarinya." (Ahmad)

c. Doa yang diriwayatkan oleh Anas dia berkata,"Dulu aku menjadi pelayan Rasulullah. Oleh karena itu aku sering mendengar beliau mengucapkan:
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari cemas dan sedih, lemah dan malas, kikir dan sikap pengecut, lilitan hutang dan dikalahkan orang lain." (Bukhari No. 9328)

9. Yakin bahwa musibah hanyalah sementara
Karena janji Allah itu benar. Allah berfirman:

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya kesulitan itu ada kemudahan." (Al-Insyirah 5-6)

Menurut Hasan Al-Bashri, bahwa dulu orang-orang menyatakan,"Satu kesulitan takkan mengalahkan dua kemudahan." Maksudnya adalah Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al ‘usr dalam ayat pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim ma’rifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim ma’rifah  diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, terserah apakah isim ma’rifah tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat pertama sama dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua. Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan) pertama berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang. Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan.

10. Bersegera shalat begitu ditimpa musibah
Allah berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah:153)

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu katsir berkata, "Adapun alasan Allah Ta'ala menyebutkan shalat tidak lain karena shalat memberi dukungan terbesar dalam meneguhkan hati ketika menghadapi urusan." Hal ini dikarenakan dalam shalat orang tersebut akan merasakan kenyamanan dan ketentraman. yakni, hatinya akan dipenuhi keridhaan, urat sarafnya akan tenang sehingga dia merasa mesra berhubungan dengan Tuhannya 'Azza wa Jalla, yaitu dia bisa bermunajat kepada-Nya dan menyatakan kebangkrutannya dan kelemahannya untuk melawan apa yang sedang menimpa dirinya. Oleh karena itu, dia pun memohon kepada Tuhannya Yang Maha Kuasa untuk mengubah segala keadaan, agar Dia berkenan menghilangkan segala kesusahannya, menyingkirkan segala kecemasannya, dan membuang segala kesedihannya, serta memberi kesudahan yang baik. Diriwayatkan dari hudzaifah Apabila Nabi Shallahu 'Alaihi Wa sallam ditimpa sesuatu yang menyusahkan, beliau shalat (Abu Daud No. 4703)

11. Mengingat akan hakikat dunia
Karena Allah taala yang menciptakan dunia ini telah menciptakan dengan tegas dan jelas kepada kita apa sebenarnya dunia ini, baik dengan nash maupun dengan berbagai perumpamaan. Oleh karenanya, Allah ta'ala juga memperingatkan hamba-hamba-Nya agar jangan sampai terpedaya dengannya, sebagaimana Dia firmankan:

"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (Faathir:5)

Dunia adalah negeri segala macam musibah, kekeruhan, kesusahan, dan ancaman yang berupa berbagai bahaya dan penyakit. Orang-orang yang kelaparan di dunia tiada terhitung. Oleh karena itu, orang yang bahagia ialah orang yang mengambil dari dunia sekadar bekal perjalanannya saja menuju akhirat tanpa terperdaya dengannya.

12. Mengingat kematian
Diantara hal yang dapat membantu ketangguhan kita menanggung kesedihan setelah benar-benar terjadi ialah mengingat kematian dan bahwa kita akan segera pindah ke akhirat. Rasulullah bersabda:

"Perbanyaklah kamu mengingat pemutus segala kelezatan. karena, tidak seorang pun yang mengingatnya ketika dalam keadaan sempit, kecuali dia rasakan betapa lapangnya kesempitanitu. Dan tiadalah dia mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, kecuali dia rasakan betapa sempitnya kelapangan itu." (Tirmidzi No. 2308)

Syaikh Abdullah Al-Ju'aisin berkata,"Maksudnya apabila seseorang ingat akan mati ketika mengalami kesempitan, berupa sakit atau lainnya, maka kesempitan itu akan dia rasakan ringan, bahkan dia akan merasa lapang karena dia mengeathui itu akan cepat berlalu dari dirinya, dan bahwa dia akan mendapat pahala dan upah sepenuhnya karenanya. Apabila dia mengingat akan kematian ketika dalam keadaan lapang, maka kelapangan tersebut dia rasakan sempit, karena dia mengetahui akan beralih darinya dan bahwa kelapangan itu akan segera hilang. Perasaan ini lebih baik baginya daripada dia tenggelam dalam kelezatan dan melupakan mati dan hal-hal yang terjadi sesudahnya."

13. Mengingat bahwa tidak ada gunanya bersedih hati
Maksudnya, ingat bahwasanya tidak ada gunanya berkeluh kesah dan menyesali musibah yang telah terjadi dan bahwa hal tersebut justru akan menambah penderitaan dan sakit hati. hal ini dikarenakan takdir Allah pasti berlaku tanpa diragukan. Ali bin Abu Thalib berkata, "Sesungguhnya jika kamu bersabar, maka takdir apa pun yang berlaku pada dirimu, kamu akan mendapat pahala. Sebaliknya, jika kamu berkeluh kesah, maka takdir akan tetap berlaku pada dirimu, sedangkan kamu berdosa."

14. Berupaya menyingkirkan kegundahan hati dengan berbagai cara
Dalam melakukan upaya ini, ada sebagian orang yang merasakan bahwa dengan menangis dia dapat menyingkirkan kesedihannya. Ada yang dengan bersyair, yakni dengan mengungkapkan kesedihan-kesedihannya dan apa-apa yang dia rasakan lewat bait-bait syair. Ada lagi yang mengungkapkan kesedihan-kesedihannya kepada temannya yang terdekat, yakni dia sampaikan kepadanya apa yang ada dalam hatinya dan apa yang sedang dialaminya. Walhasil, setiap orang mengetahui caranya sendiri untuk menghilangkan dan memusnahkan kesedihan selama masih dalam batas-batas syariat. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah ketika anak beliau yang bernama Ibrahim meninggal dunia:

"Sesungguhnya mata mengalirkan air mata, hati sedih, tapi kita tidak katakan selain yang diridhai Tuhan kita. Dan sesungguhnya kami, hai Ibrahim, benar-benar sedih atas kepergianmu." (Muslim No. 2315)

15. Bepergian dan Berlibur
Bepergian dan berlibur adalah termasuk cara yang efektif untuk menghilangkan kesedihan dari orang yang terkana musibah, khususnya apabila kesedihan tersebut berlangsung lama. Karena dengan berganti tempat dan suasana, yakni berpindah dari tempat terjadinya kesedihan, maka hati akan tenang dan orang yang bersangkutan akan terhibur dan melupakan kejadian yang lalu. Dalam hal ini barangkali yang bisa dijadikan dalil adalah perintah Nabi untuk mengubah posisinya ketika marah:

"Apabila seorang dari kamu sekalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah dia duduk. Jika marahnya telah hilang, (maka sudahlah). kalau tidak, maka hendaklah dia berbaring miring." (Abu Daud No. 4782)

16. Di beri makanan talbinah
Ini dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Aisyah bahwasanya apabila ada salah seorang keluarganya meninggal dunia, maka para wanita berkumpul, kemudian mereka membubarkan diri selain keluarga dan teman dekatnya. Aisyah kemudian menyuruh diambilkan seperiuk talbinah, lalu dimasak. Sesudah itu, dibuatlah bubur roti, lalu talbinah itu dituangkan kepadanya. Kemudian, dia berkata,"Makanlah ini. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

"Talbinah itu menyamankan hati orang yang sedang sakit dan menghilangkan sebagian kesedihannya." (Bukhari No. 5101)

Adapun talbinah atau talbin adalah larutan encer dari tepung dan dedak gandum, terkadang ditaburi madu. Disebut talbinah karena menyerupai laban (susu) karena warnanya putih dan encer.

17. Membaca atau mendengarkan kisah
Yakni membaca atau mendengarkan kisah tentang orang-orang yang terkena musibah sampai mengalami kesedihan dan penderitaan hebat. Namun tak lama kemudian kesedihannya hilang bahkan dari balik musibah tersebut muncullah banyak kebaikan. Oleh karena itu, Maha benarlah Allah yang Maha Agung dalam firmannya:

"Barangkali kamu tidak meyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (An-Nisa : 19)

Referensi:

Buku Obat penawar hati yang sedih (Dilengkapi Dengan Kisah-Kisah Nyata Pelipur Lara) karya Sulaiman bin Muhammad bin Abdullah Al-Utsaim
http://majalah.pengusahamuslim.com/


Dikutip dari : http://www.catatanlepas.com/



==============================================
Mau SWAKONSUMSI PULSA MURAH klik di sini !
Mau BONUS PULSA GRATIS klik di sini !
==============================================

1 komentar:

Unknown said...

masih belum bisa :(
But, Makasih :)

Post a Comment

Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.