Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Trust Me, Please !

Written By Unknown on Saturday, November 3, 2012 | 11/03/2012 08:35:00 PM

Persepsi apa yang anda tangkap dari judul diatas? Saya menangkapnya sebagai sebuah permohonan untuk dipercaya. Sebuah permohonan untuk menjadi seseorang
yang mendapat kepercayaan dari orang lain.

Pertanyaannya, mengapa harus memohon untuk mendapat kepercayaan
orang lain? Meski tak mutlak, bukankah kalimat judul diatas mengandung
‘aroma’ ketidakpercayaan? Atau paling tidak, seseorang yang mengucapkan
itu bukan seseorang yang sudah mendapat legitimasi kepercayaan.

Mari bicara kepercayaan

Kepercayaan, dalam bidang kehidupan apapun, tampaknya punya peran
yang cukup signifikan. Kepercayaan menunjukkan SIAPA kita dalam
pandangan orang lain.

Jika anda memiliki pembantu rumah tangga, apa yang membuat anda
yakin meninggalkan rumah dan anak-anak bersama pembantu anda itu?
Bukankah tingkat “kepercayaan” pada sang pembantu yang membuat anda
yakin atau ragu kepada sang pembantu? Jika anda percaya pada baiknya
kepribadian sang pembantu, tentu saja tak sedikitpun anda ragu
meninggalkan rumah dan anak-anak kepadanya.

Jika anda adalah seorang direktur sebuah perusahaan. Apa yang membuat
anda yakin mendelegasikan sebuah tugas kepada bawahan anda? Ya, tentu
saja kepercayaan. Jika anda yakin dengan kapasitasnya, dengan kualitas
kerjanya, maka anda pun akan sangat yakin mendelegasikan sebuah tugas
kepada bawahan anda itu. Begitu sebaliknya. Jika anda tak percaya, maka
anda pun akan ragu memberikan sebuah tugas kepadanya.

Begitupun jika posisi kita sebagai orang yang memerlukan kepercayaan dari
orang lain. Jika anda adalah seorang pengusaha,maka mendapat
kepercayaan dari konsumen, ataupun investor adalah modal utama anda. Itu
mengapa, dalam banyak pelatihan dan seminar bisnis, sang pembicara
selalu berbicara, “anda tak terlalu membutuhkan modal uang..” atau “anda
tak perlu berbisnis dengan uang anda sendiri!”

Jika anda adalah seorang karyawan, maka membangun kepercayaan orang-
orang di sekitar anda pun adalah sebuah keniscayaan. Bukan hanya atasan
anda. Tapi semua orang di lingkungan anda! Membangun kepercayaan itu
berbanding lurus dengan membangun kapasitas pribadi. Kapasitas pribadi
yang anda miliki, akan memengaruhi seberapa besar kepercayaan yang
anda akan dapatkan.

Salah satu indikatornya agaknya cukup sederhana. Seberapa nyaman dan
yakin orang-orang disekitar anda bercerita mengenai masalah mereka yang
cukup pribadi? Semakin banyak orang yang “curhat” pada anda mengenai
masalah pribadinya, kemungkinan besar anda telah mendapatkan cukup
kepercayaan dari mereka. Tentu saja ada banyak indikator lain yang
menunjukkan tingkat kepercayaan orang terhadap anda.

Sebagai seorang wirausahawan, saya belajar banyak dari orang-orang yang
pernah berinteraksi bisnis dengan saya. Saya belajar profesional dari
kawan-kawan yang memang sangat memandang pentingnya profesionalitas
dalam bisnisnya. Saya belajar menjaga kepercayaan konsumen dari mereka
yang bagus dalam menjaga kepercayaan konsumen. Saya pun belajar dari
mereka yang menipu, menelikung, mencurangi, dan merusak kepercayaan
saya.

Meski, saya pun sangat menyadari belum bisa 100% membuat orang-orang
yang berinteraksi bisnis dengan saya sepenuhnya puas, saya berusaha
mati-matian menjaga kepercayaan mereka. Bagi saya, lebih baik tak dapat
untung daripada konsumen atau orang-orang yang berjasa dalam bisnis
saya harus kecewa.

Jika mau bercermin dari kehidupan karir Rasulullah SAW, maka kita bisa
mengerti tentang arti sebuah kepercayaan. Beliau SAW, dengan segala
karakter mulia dan segudang keunggulannya, begitu memukau siapapun
yang berada di sekitarnya. Salah satu yang begitu memukau dan
menakjubkan itu adalah besarnya kepercayaan orang-orang kepadanya.

Bahkan, orang-orang yang begitu membenci Rasulullah, bisa sangat
memercayai Rasulullah dalam hal human relationship . Wajar sekali jika
beliau mendapat legitimasi kepercayaan dari orang-orang yang
mengenalnya dengan sebutan “Al-Amin”. Orang yang dipercaya.
Jika saja saat itu sudah ada majalah Fortune atau Forbes, maka dua
majalah ini mungkin akan menobatkan Rasulullah sebagai “The Most
Trusted Man in Business”.

Suatu hari, saya dan tim mendapat kepercayaan mengelola sebuah event
“corporate family gathering” . Nilai proyeknya cukup fantastis. Disana kami
harus menyiapkan pementasan drama musikal untuk hiburan para
peserta gathering . Rencana dan strategi digodok. Saya menarik beberapa
orang teman yang saya anggap cukup kompeten untuk mengurusi beberapa
hal.

Persiapan terus dimatangkan. Hingga suatu hari saya mendapat kabar dari
salah satu anggota tim saya. Ada indikasi bahwa dua orang berusaha
melakukan kecurangan. Yang bikin kepala saya mendidih, orang yang
terindikasi melakukan kecurangan ini, adalah orang-orang yang saya rekrut
sendiri untuk mengurusi beberapa hal di proyek ini.

Saya mencoba tetap tenang. Saya panggil kedua orang yang terindikasi
melakukan kecurangan ini. Toh,masih indikasi pikir saya. Belum terbukti
sampai saya sendiri yang membuktikan. Setelah saya panggil, saya coba
“interogasi” kedua orang ini dengan bertanya beberapa hal yang penting.
Tentu dengan sangat halus.

Alhamdulillah saya cukup menguasai Neuro Linguistic Programming (NLP),
sehingga saya bisa bertanya lebih taktis dan mencoba menggali kejadian
yang sebenarnya. Dari hasil interogasi itu, dengan beberapa teknik NLP
yang saya kuasai, ternyata kedua orang ini memang terbukti melakukan
kecurangan. Untungnya masih bisa mendapat toleransi. Sehingga saya tak
langsung mengeluarkan mereka dari tim. Saya hanya memindahkan mereka
ke urusan yang tak strategis.

Singkat cerita, “corporate family gathering” itu berlangsung sukses. Klien
puas dengan acara yang kami garap itu. Meski ternyata, saya menemukan
insiden lain di dalam tim. Kedua orang yang di awal tadi melakukan
kecurangan, berhasil melakukan kecurangan lagi. Mereka tak mau
menyerahkan laporan belanja properti yang digunakan. Lalu kabur entah
kemana. Setelah di hitung-hitung, mereka berhasil mengambil beberapa
puluh juta dari proyek yang kami garap itu. Tentu dengan cara yang tak
halal.

Maka, mari terus belajar.
Mari terus membangun kepercayaan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Sehebat apapun posisi anda saat ini, menjaga kepercayaan orang-orang
agaknya sesuatu yang tak boleh berkurang sedikitpun.

Mari berusaha mati-matian menjadi “The Most Trusted Man in Business”
selanjutnya!
Salam..

Jendral Nasution
-Creative Business Coach-

http://www.kukuruyuuk.com/trust-me-please/

0 komentar:

Post a Comment

Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.