Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

SANG MUTARABBI, YANG KEHILANGAN SPIRIT DAN TAK DICARI

Written By Unknown on Wednesday, January 21, 2009 | 1/21/2009 02:21:00 PM

Oleh : Rohsna La 'Afiys


Anda pernah mendengar atau bahkan menyaksikan film berjudul SANG MURABBI, MENCARI SPIRIT YANG HILANG ? Sebuah film kritis dan mencerahkan yang mengajak para kader dari sebuah gerakan dakwah untuk kembali kepada asholah dakwah. Sungguh inilah satu-satunya nasehat paling elegan dan mencerminkan jiwa para ksatrya. Dan anda akan sangat menyesal kalau sampai tidak menonton film tersebut. Swear ! Sedang tulisan saya kali ini akan sedikit berteriak dari sudut pandang yang agak berbeda. Benar, memang ini hanyalah teriakan dari setitik buih yang barangkali tak terdengar. Namun perlu diingat bahwa sebuah gelombang ombak yang dahsyat pastilah terbentuk dari buih-buih hina yang menyatu, padu. Jadi sebenarnya tak ada alasan untuk tidak didengar bukan ?

Di sebuah kebun dakwah tersebutlah kisah. Tentang sebiji benih bernama MUTARABBI yang mulai tumbuh menjadi sebatang pohon. Ia tampak layu dan bahkan hampir mati.
               Kalau ingin, hanya ditiup daun-daunnya bisa berguguran.
               Andai mau, cukup disentuh saja ia akan ambruk.
               Bila berkenan, sekedar digertak maka matilah riwayatnya.
Duhai..... sungguh kondisi yang teramat mengenaskan.
Lantas bisakah disebut bijak kalau kemudian si pohon sekarat masih juga disalahkan dengan berbagai pemojokan, semisal :
Kenapa anda tidak mencari air agar tak layu ?
Bagaiman anda berdiam dan tak berlindung dari terik mentari ?
Apakah tak Anda cari petanimu agar dia memberimu pupuk, menyiram juga membuang tanaman pengganggu ?
Si pohon sekarat pun bisa dengan mudah bertanya balik :
Kemana gerangan kepekaan petaniku ?
Aku butuh disiram air, pupuk juga dipelihara dengan baik. Kemana petaniku, kemana ?

Saudaraku,
Bukankah tindakan saling menyalahkan tak akan pernah menyelesaikan masalah ? Bukankah justru yang terjadi gelembung masalah akan semakin besar dan itu berarti amat rentan terjadinya ledakan. Duaarrr !!
Sampai di sini saya tidak hendak mengajak pembaca untuk membela salah satu pihak. Okelah anggap saja dua-duanya salah. Artinya harus ada titik temu agar si pohon kembali hidup berseri dan si petani giat berladang lagi. Dan menurut hemat penulis titik temu yang diharap adalah ILMU.
Bukankah tanpa ilmu petani takkan bisa bertani dengan benar ?
Begitupun si tanaman tak bisa menyenangkan hati penanamnya ?
Namun dalam setiap penyelesaian masalah tentulah ada perangkingan dan tahapannya. Dan secara obyektif si petanilah yang menempati rangking pertama, karena dialah subyek dan tanaman adalah obyek.
Sedikit analogi di atas barangkalai cukup untuk menggambarkan masalah yang mungkin terjadi antara MURABBI (pembimbing) dengan MUTARABBI (yang dibimbing) nya.
Dimana Murabbi sebagai petani dan Mutarabbi sebagai tanaman.

Ikhwah fillah,
Betapa banyak penduduk Indonesia kita. Dan betapa banyak pula umat muslim negeri ini. Bahkan predikat negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia telah disandangnya.
Namun......
Dari sekian ratus juta yang muslim berapa yang sudah tertarbiyah ?
Dari yang sudah tertarbiyah berapa yang sudah ditarbiyah dengan metode yang benar ?
Dari yang sudah ditarbiyah dengan benar berapa yang sudah mentarbiyah ?
Dari yang sudah mentarbiyah berapa yang sudah memakai standar tarbiyah dengan benar dan tepat ?
Di sinilah kualitas Sang Murabbi kembali dipertanyakan. Kemana daurah-daurah murabbi yang dulu begitu intens dilakukan ?

Saudaraku,
Banyak daun, ranting, batang, dan buah dari pohon dakwah yang kita tanam berguguran. Bukan semata-mata karena itu merupakan fitrah dakwah. Namun cobalah kita berinstrospeksi (bagi murabbi).
Sudahkah peran ayah ada dalam diri kita ?
Sudahkah kita menjadi dokter atas kegalauan jiwa mereka ?
Sudahkah kita menjadi sahabat tempat mereka mencurahkan rasa ?
Sudahkah kunjungan, telepon atau minimal sms menjadikan mereka tegar kembali ?
Sudahkah.............

Saudaraku,
Marilah rawat baik-baik kaca berdebu itu agar kelak kilaunya turut mengharumkan jalan dakwah ini.


=======================================================================
Mau SWAKONSUMSI PULSA MURAH klik di sini !
Mau BONUS PULSA GRATIS klik di sini !
=======================================================================

1 komentar:

Anonymous said...

Kalau dipikir-pikir betul juga artikel anda bung. Kuantitas kudu tapi kualitas lebih kudu kan ? he...he...Terus berjuang!

Post a Comment

Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.