Dari yang kutahu, dalam bahasa awamku yang namanya penyakit psikosomatis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pikiran atau faktor psikis yang sebenarnya faktor itulah sebagai pemicu gejala sakit yang dirasakan oleh tubuh kita. Dari penelitian hampir 80% pasien yang berobat sebenarnya penyakitnya disebabkan oleh faktor psikis. Seseorang merasakan tubuhnya sakit, tetapi setelah melakukan pemeriksaan bahkan sampai test lab pun tidak ditemukan suatu kelainan. Maka ada juga seseorang yang merasakannya sebagai ganggguan jin atau pun sihir (walau pun hal seperti itu memang ada) tetapi patut diwaspadai bila sebenarnya yang dirasakan tersebut merupakan suatu penyakit psikosomatis.
Nah untuk lebih ilmiahnya, aku kutipkan sebagian kecil dari tulisan dr. Agung Frijanto di salah satu artikel yang dimuat di Koran Tempo Online edisi hari Senin, 18 February 2002 :
Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan. Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya. Manifestasi klinis psikosomatis yang banyak dijumpai di masyarakat berupa gejala sakit kepala, mudah pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pada lambung, diare, mudah gatal-gatal dan sebagainya dengan frekuensi yang berulang-ulang.
Nah... dari pengalaman pribadi, setelah aku amati psikosomatis itu ternyata berawal dari tidak adanya rasa ridho dalam hati yaitu tidak adanya rasa menerima dalam merespon suatu permasalahan atau dalam merespon takdir Ilahi yang sedang berjalan. Suatu contoh sederhana yang kualami misalnya secara fisik badan rasanya pegal semua, stamina drop – cepat capek dan perasaan jadi malas, tidak bergairah dan tanpa semangat. Bisa juga aku merasa pusing dan napas jadi sesak. Sekali waktu juga perut mulas sampai diare. Wah... gawat nih, ada apakah gerangan ? Kalo dah seperti itu, satu hal yang harus aku lakukan yaitu aku harus berani jujur pada diriku sendiri, muhasabah atau introspeksi atau mulat sariro hangroso wani untuk menelusuri hati mencari pada episode kehidupanku yang mana yang aku belum bisa ridho.
Belum bisa ridho dapat berwujud masih adanya suatu kekhawatiran atau ketakutan akan suatu permasalahan yang sedang dihadapi atau yang sudah lama dihadapi tetapi belum menemukan jalan keluarnya. Belum bisa ridho bisa juga berwujud suatu perasan malu yang sangat dalam suatu peristiwa yang dialami. Belum bisa ridho bisa juga berwujud suatu perasaan bersalah atas suatu andil dalam suatu peristiwa yang merugikan orang lain. Belum bisa ridho juga bisa berwujud trauma masa lalu, kemarahan yang terpendam, kebencian yang mendalam dan sebagainya yang pada intinya belum ada rasa PLONG dalam hati dalam merespon suatu peristiwa / kejadian / permasalahan yang sedang maupun yang sudah lama berlangsung.
Kalau aku berani jujur pada diri sendiri, pasti penyebab psikosomatis yang aku alami bisa aku temukan.
Masalahnya setelah faktor psikis tersebut ditemukan lalu apa ? Orang bilang berpikir positif, tapi kenyataannya kurang bisa diterapkan. Kenapa ? Karena berpikir positif berarti menggunakan logika-logika pikiran yang tentu saja tidak atau belum bisa menyentuh hati, padahal masalah utamanya adalah pada hati yang tidak atau belum bisa ridho. Contoh sederhana adalah misalnya psikosomatis yang aku alami setelah kutelusuri berawal dari kekhawatiran tentang masa ke depanku berkaitan dengan kondisi perusahaan tempat aku bekerja yang sedang di ujung tanduk. Ketemu kan masalahnya, lalu untuk meredam kekhawatiran itu aku coba berpikir positif yaitu dengan berpikir bahwa minimal dalam jangka waktu satu bulan depan pasti ada proyek yang kepegang tangan. Berpikir positif ne.... tetapi aku tahu betul data tentang perusahaan tempatku bekerja, plus minusnya paham betul. Nah, di sini logika pikiran mulai bermain, di satu sisi aku memaksakan diri untuk berpikir positif tetapi di sisi yang lain logika berpikirku menolak hal tersebut dan bahkan mementahkan pikiran positif yang kupaksakan dengan data-data yang kupunya. Bulan depan pasti ada proyek yang kepegang (berpikir positif), tapi engga mungkin terjadi, kan kondisi saat ini begini-begini-begitu bla... bla... bla... (logika pikiran), maka di hati muncul perasaan engga enak karena ada pertentangan itu. Wah kalau begini caranya bukannya sembuh tapi malah parah ne... sakitnya :P.
Trus gimana dong ? Ternyata caranya adalah berani pada diri sendiri dan sekuat tenaga melawan diri sendiri untuk menata hati menjadi ridho. Jika pikiran selalu ditarik ulur oleh logika pikiran itu sendiri, maka hati pun selalu diseret oleh hawa nafsu untuk mengikuti seleranya. Karena hatiku tidak ridho maka hatiku menjadi keruh, berat dan suram ditarik oleh hawa nafsu agar lepas dari beban dan bebas dari tanggung jawab. Karena itu secara manual aku paksakan menata hati agar diriku sadar bahwa aku lemah tak berdaya sedangkan yang kuat hanya Allah dan di depan sana pasti ada Allah yang menyambutku dengan pertolongan, rahmat dan cinta-Nya. Kukembalikan segala permasalahanku pada-Nya, kupasrahkan segala kesulitanku kepada-Nya dan kuyakinkan diri bahwa setiap detik kehidupan berada dalam pengaturan-Nya.
Bila berpikir positif sudah kulakukan, bila menata hati secara manual juga sudah kulakukan, tapi kok hatiku belum bisa PLONG ya ? Ternyata lebih gampang lagi langkah ketiga ini yang seharusnya juga sebagai langkah pertama yaitu aku bombardir hati yang ndablek puolll ini dengan dzikir. Ya.... dzikir tarekat yang kuterima dari guru mursyid. Hantam dan hajar saja hati ini dengan dzikir, pokoknya perasaan sumpek engga usah dihiraukan, sakitnya badan engga usah dirasakan, dzikir aja. Waktu dzikir yang diingat ya gusti Allah, pokoknya pasrah srah srah. Insya Allah kalau sudah begitu maka secara otomatis hati akan tertata dengan sendirinya, rasa yakin akan pertolongan Allah menguat, rasa yakin akan pengaturan Allah menguat, rasa yakin akan kasih sayang Allah menguat dan yakin-yakin yang lain kepada Allah menguat. Tiba-tiba saja hati jadi PLONG, ridho, menerima dan tiba-tiba saja rasa sakit yang kurasakan sembuh. Tiba-tiba lagi pertolongan Allah muncul dari arah yang tak terduga. Ealah..... begitu tho maunya Allah itu. Alhamdulillah dapat pelajaran lagi yang aku pahami.
Kesimpulannya :
pokoknya dzikir terus, yang diingat Allah saja, senang susah sehat sakit lapang sempit pokoknya dzikir terus, sedang marah – dzikir, sedang jengkel – dzikir, sedang gembira – dzikir juga, pokoknya dzikir terus maka insya Allah secara otomatis hati akan tertata dan insya Allah kalau hati sudah tertata maka yang lain pun akan juga tertata dengan sendirinya yang akhirnya seperti lagunya DEWA 19 (hidup ini indah, bila ku selalu ada di sisiMu, setiap waktuku hingga aku hembuskan nafas yang terakhir dan kita pun bertemu).
==============================================
Mau SWAKONSUMSI PULSA MURAH klik di sini !
Mau BONUS PULSA GRATIS klik di sini !
==============================================
Nah untuk lebih ilmiahnya, aku kutipkan sebagian kecil dari tulisan dr. Agung Frijanto di salah satu artikel yang dimuat di Koran Tempo Online edisi hari Senin, 18 February 2002 :
Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan. Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya. Manifestasi klinis psikosomatis yang banyak dijumpai di masyarakat berupa gejala sakit kepala, mudah pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pada lambung, diare, mudah gatal-gatal dan sebagainya dengan frekuensi yang berulang-ulang.
Nah... dari pengalaman pribadi, setelah aku amati psikosomatis itu ternyata berawal dari tidak adanya rasa ridho dalam hati yaitu tidak adanya rasa menerima dalam merespon suatu permasalahan atau dalam merespon takdir Ilahi yang sedang berjalan. Suatu contoh sederhana yang kualami misalnya secara fisik badan rasanya pegal semua, stamina drop – cepat capek dan perasaan jadi malas, tidak bergairah dan tanpa semangat. Bisa juga aku merasa pusing dan napas jadi sesak. Sekali waktu juga perut mulas sampai diare. Wah... gawat nih, ada apakah gerangan ? Kalo dah seperti itu, satu hal yang harus aku lakukan yaitu aku harus berani jujur pada diriku sendiri, muhasabah atau introspeksi atau mulat sariro hangroso wani untuk menelusuri hati mencari pada episode kehidupanku yang mana yang aku belum bisa ridho.
Belum bisa ridho dapat berwujud masih adanya suatu kekhawatiran atau ketakutan akan suatu permasalahan yang sedang dihadapi atau yang sudah lama dihadapi tetapi belum menemukan jalan keluarnya. Belum bisa ridho bisa juga berwujud suatu perasan malu yang sangat dalam suatu peristiwa yang dialami. Belum bisa ridho bisa juga berwujud suatu perasaan bersalah atas suatu andil dalam suatu peristiwa yang merugikan orang lain. Belum bisa ridho juga bisa berwujud trauma masa lalu, kemarahan yang terpendam, kebencian yang mendalam dan sebagainya yang pada intinya belum ada rasa PLONG dalam hati dalam merespon suatu peristiwa / kejadian / permasalahan yang sedang maupun yang sudah lama berlangsung.
Kalau aku berani jujur pada diri sendiri, pasti penyebab psikosomatis yang aku alami bisa aku temukan.
Masalahnya setelah faktor psikis tersebut ditemukan lalu apa ? Orang bilang berpikir positif, tapi kenyataannya kurang bisa diterapkan. Kenapa ? Karena berpikir positif berarti menggunakan logika-logika pikiran yang tentu saja tidak atau belum bisa menyentuh hati, padahal masalah utamanya adalah pada hati yang tidak atau belum bisa ridho. Contoh sederhana adalah misalnya psikosomatis yang aku alami setelah kutelusuri berawal dari kekhawatiran tentang masa ke depanku berkaitan dengan kondisi perusahaan tempat aku bekerja yang sedang di ujung tanduk. Ketemu kan masalahnya, lalu untuk meredam kekhawatiran itu aku coba berpikir positif yaitu dengan berpikir bahwa minimal dalam jangka waktu satu bulan depan pasti ada proyek yang kepegang tangan. Berpikir positif ne.... tetapi aku tahu betul data tentang perusahaan tempatku bekerja, plus minusnya paham betul. Nah, di sini logika pikiran mulai bermain, di satu sisi aku memaksakan diri untuk berpikir positif tetapi di sisi yang lain logika berpikirku menolak hal tersebut dan bahkan mementahkan pikiran positif yang kupaksakan dengan data-data yang kupunya. Bulan depan pasti ada proyek yang kepegang (berpikir positif), tapi engga mungkin terjadi, kan kondisi saat ini begini-begini-begitu bla... bla... bla... (logika pikiran), maka di hati muncul perasaan engga enak karena ada pertentangan itu. Wah kalau begini caranya bukannya sembuh tapi malah parah ne... sakitnya :P.
Trus gimana dong ? Ternyata caranya adalah berani pada diri sendiri dan sekuat tenaga melawan diri sendiri untuk menata hati menjadi ridho. Jika pikiran selalu ditarik ulur oleh logika pikiran itu sendiri, maka hati pun selalu diseret oleh hawa nafsu untuk mengikuti seleranya. Karena hatiku tidak ridho maka hatiku menjadi keruh, berat dan suram ditarik oleh hawa nafsu agar lepas dari beban dan bebas dari tanggung jawab. Karena itu secara manual aku paksakan menata hati agar diriku sadar bahwa aku lemah tak berdaya sedangkan yang kuat hanya Allah dan di depan sana pasti ada Allah yang menyambutku dengan pertolongan, rahmat dan cinta-Nya. Kukembalikan segala permasalahanku pada-Nya, kupasrahkan segala kesulitanku kepada-Nya dan kuyakinkan diri bahwa setiap detik kehidupan berada dalam pengaturan-Nya.
Bila berpikir positif sudah kulakukan, bila menata hati secara manual juga sudah kulakukan, tapi kok hatiku belum bisa PLONG ya ? Ternyata lebih gampang lagi langkah ketiga ini yang seharusnya juga sebagai langkah pertama yaitu aku bombardir hati yang ndablek puolll ini dengan dzikir. Ya.... dzikir tarekat yang kuterima dari guru mursyid. Hantam dan hajar saja hati ini dengan dzikir, pokoknya perasaan sumpek engga usah dihiraukan, sakitnya badan engga usah dirasakan, dzikir aja. Waktu dzikir yang diingat ya gusti Allah, pokoknya pasrah srah srah. Insya Allah kalau sudah begitu maka secara otomatis hati akan tertata dengan sendirinya, rasa yakin akan pertolongan Allah menguat, rasa yakin akan pengaturan Allah menguat, rasa yakin akan kasih sayang Allah menguat dan yakin-yakin yang lain kepada Allah menguat. Tiba-tiba saja hati jadi PLONG, ridho, menerima dan tiba-tiba saja rasa sakit yang kurasakan sembuh. Tiba-tiba lagi pertolongan Allah muncul dari arah yang tak terduga. Ealah..... begitu tho maunya Allah itu. Alhamdulillah dapat pelajaran lagi yang aku pahami.
Kesimpulannya :
pokoknya dzikir terus, yang diingat Allah saja, senang susah sehat sakit lapang sempit pokoknya dzikir terus, sedang marah – dzikir, sedang jengkel – dzikir, sedang gembira – dzikir juga, pokoknya dzikir terus maka insya Allah secara otomatis hati akan tertata dan insya Allah kalau hati sudah tertata maka yang lain pun akan juga tertata dengan sendirinya yang akhirnya seperti lagunya DEWA 19 (hidup ini indah, bila ku selalu ada di sisiMu, setiap waktuku hingga aku hembuskan nafas yang terakhir dan kita pun bertemu).
==============================================
Mau SWAKONSUMSI PULSA MURAH klik di sini !
Mau BONUS PULSA GRATIS klik di sini !
==============================================
2 komentar:
Menarik sekali
Saya juga Psikosomatik tolong add YM saya yah Desreate77@yahoo.com
Maaf salah yang benar Descreate77 :)
Post a Comment
Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.