Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Al-Baasith, Yang Maha Melapangkan

Written By Unknown on Sunday, April 17, 2011 | 4/17/2011 10:16:00 PM

"Allah melapangkan rizki bagi siapa saja yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia pula yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Ankabuut: 62)

Al-Baasith adalah nama Allah yang menyertai bahkan tak terpisahkan dengan nama sebelumnya, yaitu Al-Qaabidh. Jika Al-Qaabidh bermakna menyempitkan, maka Al-Baasith berarti sebaliknya, Maha Melapangkan. Kata al-Baasith sendiri berasal dari ba-sa-tha yang berarti keterhamparan, kemudian dikembangkan menjadi “memperluas” atau ”melapangkan”.
Adalah hak absolut Allah untuk melapangkan atau menyempitkan rizki hamba-hamba-Nya, sebagaimana pula hak absolutNya memperpanjang dan memperpendek umur mereka. Sebagian orang dimudahkan mendapat rizki sehingga harta kekayaannya melimpah, sebagian yang lain disempitkan rizkinya sehingga hidupnya pas-pasan atau malah kekurangan. Dialah yang mengetahui rahasia di balik pembagian rizki yang tidak merata.
Sebagian dari rahasia itu dibuka oleh Allah dalam firman-Nya: ”Dan jika Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuura: 27)
Ayat di atas mengandung pesan yang tegas, bahwa terhadap distribusi rizki yang tidak merata itu jangan disikapi dengan suudzan, berburuk sangka seolah-olah Allah tidak adil kepada hamba-hamba-Nya. Pesan itu menjadi semakin terang setelah Allah menutup ayat di atas dengan menyatakan bahwa Dia Maha Mengetahui dan Maha Melihat.
Sikap negatif lain yang harus dihindari adalah iri hati atau hasad. Sudah merupakan sunnah-Nya bahwa ada sebagian diberi kelebihan rizki dibandingkan yang lain. Allah berfirman:
”Dan jangalah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.” (QS. An-Nisaa: 32)
Kita hendaknya lapang dada menerima perbedaan tersebut, sembari terus berusaha keras dan cerdas untuk mengais rizki-Nya. Hari ini mungkin  Allah menyempitkan, tapi siapa tahu justru besok Allah akan melapangkan. Semua itu adalah rahasia-Nya. Bagi kita, yang penting adalah ikhtiar dan berdo’a.
”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah dari sebagian rizki-Nya.” (QS. Al-Mulk: 15)
Bagi mereka yang dilapangkan rizkinya, hendaknya senantiasa menyadari bahwa rizki itu amanah dan titipan Allah. Kekayaan, jabatan, popularitas, dan kedudukan yang tinggi jangan menjadikan lupa diri, sombong, dan takabbur. Jangan seperti orang yang disebut dalam ayat di bawah ini:
”Jika kami memberi kesenangan kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, dan bila ia ditimpa kemalangan, ia berdo’a berpanjang-panjang.” (QS. Fushshilat: 51)
”Bila Kami rasakan kepadanya suatu rahmat dari Kami sendiri, setelah ada kemalangan menimpanya, pasti ia berkata: Ini karena usahaku sendiri, dan aku tak yakin akan terjadi hari kiamat.” (QS. Fushshilat 50)
Kaum Muslimin yang menyadari dan berusaha mencontoh nama dan sifat-Nya Al-Baasith, akan berusaha sekuat tenaga untuk memberi kelapangan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Kekayaan yang diberikan Allah tidak digunakan untuk kesenangan dirinya sendiri, tetapi didistribusikan kepada masyarakat sekitarnya, terutama terhadap fakir miskin dan para mustadh’afiin. Mereka sadar bahwa di dalam hartanya ada hak mereka yang harus dikeluarkan.
Akhirnya, marilah kita menyikapi kelapangan rizki itu sebagaimana sikap Nabi Sulaiman yang senantiasa berdo’a:
”Tuhanku! Berilah aku kesempatan untuk berterimakasih atas nikmat-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku, dan supaya aku dapat mengerjakan perbuatan yang baik yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam hamba-hamba-Mu yang shaleh”. (QS. An-Naml: 19)

Penulis: Hamim Thohari
Tulisan ini telah dimuat di Majalah Nebula (ESQ Magazine) No. 20/Tahun II/2006

0 komentar:

Post a Comment

Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.