Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Lejitkan Potensi Anak, Ciptakan Orangtua Cerdas

Written By Unknown on Wednesday, May 23, 2012 | 5/23/2012 07:59:00 PM

Lejitkan Potensi Anak, Ciptakan Orangtua Cerdas
Oleh Ahmad Firdaus, S.Pd. MA

Pengantar

Puisi Kahlil Gibran, yang terdapat dalam sebuah buku yang berjudul “Cinta Keindahan Kesunyian” yang menggambarkan tentang pribadi anak sangat menaik untuk kita renungkan,

anak-anakmu bukanlah anak-anakmu, mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri, mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu, meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu, pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu, karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri, engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka, karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi, engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu, karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu, engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan, sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan Ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh. jadikanlah tarikan tangan Sang Pemanah itu sebagai kegembiraan, sebab ketika Ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka Ia juga mencintai busur yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan

Pembahasan anak memang menarik dan tak akan ada habis-habisnya dan selesai untuk selalu dibicarakan, setiap anak memiliki karakter dan sifat yang berbeda, hatta sekalipun anak tersebut kembar yang memiliki banyak kesamaan. Namun demikian mempunyai anak dan ikut membesarkannya adalah sebuah hukum alam yang hampir setiap kita akan mengalaminya. Membesarkan anak dengan usaha terbaik adalah sebuah fitrah makhluk hidup yang tidak hanya akan dilakukan oleh manusia semata tetapi makhluk hidup lainnya.

Persoalan terbesar dari setiap orangtua dalam usaha mendidik anak adalah belum maksimalnya kita mengenal anak kita secara lebih mendalam, kita acapkali terjebak menjadikan diri kita sendiri selaku orangtua sebagai tolak ukur dalam mendidik anak-anak kita, padahal Khalil Gibran sudah mengingat hal ini. Sebelum kita melakukan model pendidikan kepada anak kita ada baiknya kita terlebih dahulu mengenal anak kita secara mendalam dengan berbagai pendekatan.

Kenali Anak Kita

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengenal lebih mendalam anak kita;

a. Kenali emosinya

Salah satu bentuk emosi adalah luapan perasaan, misalnya kegembiraan, ketakutan ataupun kecemasan, emosi merupakan bentuk komunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Perubahan mimik wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyatakan perasaan dan pikiran (komunikasi non verbal).

Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan, peran-peran kehidupan yang akan ditampilkan anak dalam aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka, seperti rasa percaya diri, rasa aman, atau rasa takut. Sebagai orangtua, sebisa mungkin menghindari justifikasi terhadap anak, labeling anak sejak usia dini akan membentuk seperti apa anak kedepan. Tidak ada satupun anak yang nakal, yang adalah gagalnya orangtua mendidik anak.  

Secara umum sifat-sifat yang melekat pada anak adalah sebagai berikut:
- Selalu ingin meniru
- Tidak mengetahui mana yang benar dan yang salah
- Banyak bertanya
- Memiliki daya ingat sangat kuat
- Senang bila di puji
- Gemar bermain
- Senang berkhayal
- Cendrung mempunya skill dan keterampilan
- Cepat menguasai bahasa dan kosa kata
- Suka melakukan pembangkangan
- Sensitif
- Tidak Bisa Diam

Dengan mengetahui sifat-sifat umum yang dimiliki anak, diharapkan kita bisa memahami apa yang dilakukan oleh dalam aktifitas kesehariannya.

b. Kenali Gaya Kepribadian Anak Kita

Florence Littauer menulis buku yang sangat menarik tentang sisi kepribadian manusia, buku berjudul “personality plus” menggambarkan ada 4 karakter yang dimiliki manusia, yaitu; Sanguinis yang Populer, Melankolis yang Sempurna, Phlegmatis yang Damai, dan Koleris yang Kuat. Empat kepribadian ini berbeda satu sama lain, namun saling melengkapi. Seperti Sanguinis yang vokal, bisa menjadi pencetus ide atau promotor, membutuhkan sang Melankolis yang baik dalam hal perencanaan, membutuhkan pula Koleris dan Phlegmatis untuk merealisasikan ide-ide cemerlang tersebut dan mengamatinya.

Di dalam buku ini tertulis peta kekuatan dan kelemahan dari tiap kepribadian. Misalnya Sanguinis yang selalu bersemangat dan ceria, namun pelupa dan kurang peka dengan perasaan orang lain. Lalu Melankolis yang menginginkan semua hal berjalan dengan sempurna, sehingga ia merencanakannya sebaik dan sedetail mungkin, namun ia bersifat introvert dan sering tidak realistis. Kemudian sang Koleris yang berkemauan kuat, tegas, aktif, dan mandiri, namun suka egois, individual, dan tidak populer. Begitu pula dengan Phlegmatis yang tenang, rendah hati, dan konsisten, ia pun memiliki kelemahan, yaitu; terliht malas dan tidak ingin adanya perubahan.

Empat karakter yang digambarkan dalam buku ini hanya secara umum saja yang mungkin dimiliki anak kita, para orangtua juga dapat melakukan tes untuk melihat pada posisi mana kepribadian anak kita.

c. Kenali Gaya Belajar Anak Kita

Kemampuan seorang anak untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. inilah yang disebut dengan gaya belajar.

Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, setidaknya ada 3 tipe anak dalam proses belajar, yaitu: Pertama, Gaya Belajar Visual (Visual Learners). Ada beberapa karakteristik yang khas bagai anak-anak tipe seperti ini (1) kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, (2) memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, (3) memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, (4) memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, (5) terlalu reaktif terhadap suara, (6) sulit mengikuti anjuran secara lisan, (7) seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Kedua, Gaya belajar Auditory Learners atau gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Karakter ini memiliki ciri-ciri (1) semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, (2) memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, (3) memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

Ketiga, Gaya belajar Tactual Learners atau anak harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karekteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya, (1) menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar anak bisa terus mengingatnya. (2) hanya dengan memegang anak bisa menyerap informasinya tanpa harus membaca penjelasannya. (3) anak termasuk orang yang tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. (4) anak merasa bisa belajar lebih baik bila disertai dengan kegiatan fisik. (5) anak-anak yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).

d. Kenali Kecerdasan Anak Kita

Howard Gardner dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple intelegences, menggambarkan ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap anak yaitu; pertama, kecerdasan linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).

Kedua, kecerdasan matematika-logis, cirinya antara lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.

Ketiga, kecerdasan spasial dicirikan antara lain: (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.

Keempat, kecerdasan kinestetik-jasmani, memiliki ciri: (a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.

Kelima, kecerdasan musikal memiliki ciri antara lain: (a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama musik, (f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.

Keenam, kecerdasan interpersonal memiliki ciri antara lain: (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.

Ketujuh, kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara lain: (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.

Kedelapan, kecerdasan naturalis, memiliki ciri antara lain: (a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.

Multi kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas.

Arahkan dan Bimbing Anak Kita

Mengacu apa yang disampaikan oleh Khalil Gibran, maka peran utama yang dilakukan oleh orangtua adalah memberikan bimbingan dan arahan kepada anak untuk mencapai dan memaksimalkan apa yang dimilikinya, setiap anak adalah cerdas, bergantung orangtua yang mengarahkannya, oleh karena itu peran orangtua sangat strategis.

Orangtua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orangtua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah dalam buku dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak  dan  mendidik anak dirumah.

Para orangtua, mempunyai fungsi dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah diantaranya adalah:
a. sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
b. menjamin kehidupan emosional anak
c. menanamkan dasar pendidikan moral anak
d. memberikan dasar pendidikan sosial
e. meletakan dasar-dasar pendidikan agama
f. bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
g. memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi   kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
h. menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
i. memberikan kebahagiaan anak sebagai pribadi
 
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orangtua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orangtua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan  apa yang diharapkan.

Pendampingan orangtua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak dan pola asuh yang terbaik adalah dengan memberikan arah dan bimbingan sebaik mungkin kepada anak, bukan dengan kekerasan tetapi dengan kelembutan

Beberapa Alternatif Pembelajaran

Sebagai orangtua yang baik, tentunya kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak kita, agar anak-anak kita lahir sebagai pribadi terbaik yang siap menghadapi tagtangan jaman yang terus berubah.

Pemahaman yang utuh tentang proses pendidikan harus dimiliki semua orangtua, sehingga proses pendidikan yang kita lakukan akan berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan dan kita rencanakan. Pendidikan tidak harus berpaku pada apa yang sudah ada, tetapi kita bisa mengembangkan sesuai dengan karakteristik anak kita.

Banyak model pendidikan yang bisa kita berikan untuk kita selain model pendidikan yang sudah ada, seperti sekolah. Model pendidikan homeschooling bisa menjadi alternatif untuk pendidikan anak kita, secara umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Ini merupakan jawaban atas kritik sistem sekolah yang dianggap “gagal”.

Pemilihan antara sistem pendidikan dengan model sekolah atau rumah harus berdasarkan pada kepentingan anak bukan pada kemauan orangtua, anak harus menjadi penentu utama dalam upaya kita memberikan bimbingan dan arahan dalam proses pendidikan ini, karena kedua sistem pendidikan ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

* Ahmad Firdaus S.Pd. MA, Aktifis Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU

Sumber : http://www.pkpu.or.id/article/lejitkan-potensi-anak-ciptakan-orangtua-cerdas

0 komentar:

Post a Comment

Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.