Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Misteri Keislaman Patih Gajah Mada dan Kerajaan Majapahit

Written By Unknown on Monday, September 24, 2012 | 9/24/2012 07:23:00 AM

Sebelum kelahiran negara-bangsa bernama Indonesia, sudah ada sebuah
kerajaan di nusantara yang hebat bernama Majapahit. Maka ingatan kita
langsung tertuju pada seorang Patih Gajah Mada yang terkenal dengan
“Sumpah Palapa”-nya. Ia berjanji tidak akan berhenti ber- lara-lapa atau
berpuasa, sebelum bisa mempersatukan seluruh kerajaan-kerajan di
Nusantara.

Sejarah yang dihubung-kaitkan dengan sastra merupakan suatu sudut
pandang seseorang yang pembuatnya, bahkan sangat sangat tergantung
dengan motivasisi pembuat itu sendiri. Hal ini berkaitan pula dengan
kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah dan karya sastra
tersebut.

Mungkin ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan
maha besar disuatu mandala masa lampau. Kekuasaannya
membentang luas hingga mencakup sebagian besar wilayah Asia
Tenggara sekarang.

Selama ini, upaya pemahaman karya sastra dan sejarah seakan
melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang
berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara arif
akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Viddy AD Daery
sekarang sedang berencana menerbitkan novel PSD Misteri Gajah
Mada Islam , dan kalau saya baca draftnya itu, dalam novelnya, sang
penulis mencoba mematahkan pemahaman yang sudah berkembang
selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.

Gajah Mada pada waktu pengangkatannya mengucapkan Sumpah
Palapa, yakni ia baru berhenti berpuasa “berlara-lapa” atau justru akan
menikmati palapa atau rempah-rempah yang merupakan kenikmatan
duniawi jika telah berhasil menaklukkan Nusantara. Kitab Pararaton
menyatakan, bahwa: “ Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku
takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun,
Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau
Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa. ”

Meskipun sejumlah orang yang meragukan sumpahnya, Patih Gajah Mada
memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Bedahulu (Bali) dan
Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Temiang, Samudra
Pasai, dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan.
Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah
negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, dan Sampit.
Penelitian LHKP Muhammadiyah Yogyakarta

Banyak pula yang bertanya, apakah memang Gajah Mada beragama Islam?

Viddy AD Daery tidak mengulas hal itu dalam Novelnya secara langsung,
melainkan menyisipkan dalam beberapa dialog para pelaku utama dalam
novel, namun menarik juga untuk merujuk kepada penelitian dan kajian
Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah
Muhammadiyah Yogyakarta telah melakukan kajian ulang terhadap sejarah
Majapahit.

Hasil kajian tersebut diterbitkan dengan judul Kesultanan Majapahit, Fakta
Sejarah Yang Tersembunyi . Hasil penelitian tersebut menyimpulkan, bahwa;

1. Telah ditemukan koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha
Illallah,  Muhammad Rasulullah’.

2. Batu nisan Syaikh Maulana Malik Ibrabim (Sunan Gresik) terdapat tulisan yang
menyatakan bahwa beliau adalah seorang Qadhi (hakim agama Islam)
kerajaan Majapahit.

3. Lambang kerajaan Majapahit berupa delapan sinar matahari dengan beberapa
tulisan arab yakni Sifat, Asma, Ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, Tauhid dan
Dzat.

4. Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit besar kemungkinan seorang muslim.
Beliau adalah cucu dari Prabu Guru Dharmasiksa, seorang Raja Sunda
sekaligus ulama Islam Pasundan. Sedangkan neneknya merupakan seorang
muslimah keturunan penguasa Kerajaan Sriwijaya.

5. Patih Gajah Mada sebagai Patih kerajaan Majapahit yang terkenal dengan
Sumpah Palapa juga seorang muslim. Nama aslinya adalah Gaj Ahmada.
Setelah mengundurkan diri dari kerajaan, Patih Gaj Ahmada lebih dikenal
dengan sebutan Syaikh Mada oleh masyarakat sekitar. Pernyataan ini
diperkuat dengan bukti fisik yaitu pada nisan makam Gajah Mada di Mojokerto
terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’.

6. Bahwa pada 1253 M, tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan menyerbu
Baghdad. Timur Tengah pun berada dalam situasi konflik yang tidak menentu.
Terjadilah eksodus besar-besaran (pengungsian) kaum muslim dari Timur
Tengah. Mereka menuju kawasan Nuswantara (atau Nusantara) yang kaya
akan sumber daya alamnya. Mereka menetap dan melanjutkan keturunan yang
sebagian besar nantinya menjadi penguasa kerajaan-kerajaan di nusantara,
termasuk kerajaan Majapahit.

Fakta tersebut menjelaskan, bahwa Gajah Mada dan Kerajaan Majaphit besar
kemungkinan sudah menganut agama Islam. Bukti koin emas yang
merupakan sebuah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah
kerajaan, maka sungguhlah mustahil jika dikatakan bahwa sebuah kerajaan
Hindu memiliki koin yang bertuliskan kalimah Tauhid, sebagaimana juga batu
nisan yang menandakan bahwa Agama Islam merupakan agama resmi
kerajaan tersebut. Tidak pula mungkin, sebuah kerajaan non Muslim
menggunakan lambang resmi bertuliskan kata-kata arab dan Al Quran.

Selain itu, meskipun Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana
(bahasa sansekerta), hal ini tidak lantas menjadikan seseorang itu otomatis
pemeluk Hindu. Gelar seperti ini masih digunakan oleh raja-raja Muslim Jawa
zaman sekarang seperti Hamengkubuwono dan Paku Alam. Kerajaan
Majapahit mencapai puncak keemasan pada masa Patih Gaj Ahmada,
bahkan kekuasaannya sampai ke semenanjung Melayu (Malaka/Malaysia).

Membaca (draft) novel Misteri Gajah Mada Islam karya Viddy, kita seolah-
olah terlibat dengan masa lalu pada sebuah kerajaan yang dibingkai dalam
warna kemegahan dan kekuatan penyebaran Islam. Viddy AD Daery berhasil
membawa pembacanya hanyut dalam dialog, gerakan dan tingkah-laku
tokoh dalam novelnya. Sebagai pembaca kita dibawa ke masa lalu yang
megah dengan kekuatan agama Islam sungguh-sungguh ditonjolkan. Paling
tidak, pembaca akan mempunyai kekuatan diri tentang penyebaran dan
ketaatan penganut agama Islam.

Oleh: Ahada Wahyusari, Tanjung Pinang – Kepri
Dosen Universitas Maritim Raja Ali Haji

Rujukan:
Agus Aris Munandar. 2010. Gajah Mada Biografi Politik. Komunitas Bambu:
Jakarta.
Bambang Sumadio. 1984. Sejarah Nasional Indonesia II: Jaman Kuna. Balai
Pustaka: Jakarta.
Hall, D.G. 1988. Sejarah Asia Tenggara. (Terjemahan I.P.Soewarsha). Usaha
Nasional: Surabaya.
Muhammad Yamin. 1977. Gajah Mada; Pahlawan persatuan Nusantara. Balai
Pustaka: Jakarta.
Slamet Mulyana. 1979. Nagarakrtagama dan Tafsir Sejarahnya. Bhratara
Karya Aksara: Jakarta.

Rep/Red: Farid Zakaria

Sumber : fimadani dot com

0 komentar:

Post a Comment

Salam hangat....
Komentar anda adalah tanda jabat erat persahabatan di antara kita.