Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Berani Memaafkan Orang Lain

Written By Unknown on Tuesday, August 30, 2011 | 8/30/2011 03:19:00 PM

Awal Agustus 2011 ada berita menarik dari Iran. Seorang perempuan cantik yang disiram cairan asam hingga wajahnya rusak dan matanya buta mengampuni si pelaku.
Perempuan itu adalah Ameneh Bahrami, kelahiran Iran tahun 1978, yang disiram Majid Movahedi pada tahun 2004 karena ditolak pinangannya.Movahedi kemudian ditahan sambil menunggu hukuman qisas, yaitu hukuman yang berprinsip pembalasan yang setimpal, semacam hukuman "nyawa bayar nyawa". Dalam kasus Bahrami, ia boleh meminta pengadilan untuk membutakan mata pelaku seperti yang dialaminya.

Pengadilan memutuskan hukum qisas dilakukan pada 31 Juli 2011 dan disiarkan secara langsung oleh televisi. Beberapa detik sebelum cairan asam disiramkan pada mata Movahedi, dokter yang akan menyiramkan cairan itu bertanya pada Bahrami, "Apa yang ingin Anda lakukan sekarang?"

Movahedi sudah menangis sejadi-jadinya sambil berlutut. Ketakutan akan matanya buta dan bayangan rasa sakit yang tiada tara membuat ia memohon-mohon ampun. Semua orang tegang menyaksikannya. Satu aba-aba dari Bahrami maka proses hukuman qisas itu akan dilaksanakan. Namun Bahrami ternyata mengucapkan kata-kata di luar dugaan. "Saya memaafkan dia, saya memaafkan dia," jawab Bahrami. Maka mata si pelaku pun selamat.

Sungguh mulia sikap Bahrami, ia berani mengampuni orang yang telah membuatnya buta sepanjang hidupnya. "Yang terbaik ialah memaafkan ketika kita berada pada posisi berkuasa," kata Bahrami menjelaskan keputusannya. Tetapi ada ucapan ibu Bahrami yang patut kita simak. Katanya, "Pengampunan ini akan menenangkan Bahrami dan keluarga kami."

Sahabat yang Luar Biasa,

Seperti yang saya bahas dalam live talkshow di jaringan Radio Sonora hari Senin pagi ini, yang mengulas cerita "Jangan Menyimpan Kentang Busuk", memaafkan memang tidak mudah. Tetapi memaafkan bisa menenangkan kita. Sebaliknya, membalas dendam belum tentu menghilangkan kebencian. Mungkin justru akan tumbuh rasa bersalah di dalam diri kita karena setelah pembalasan dendam itu kita merasa sama jahatnya dengan mereka yang telah membuat kita menderita.

Secara ilmiah pun memaafkan atau mengampuni orang lain memiliki nilai positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memendam dendam dan memelihara kebencian, hidupnya tidak tenang. Secara medis mereka memiliki denyut nadinya tinggi (tidak sehat), tekanan darah tinggi, dan otot-otot menegang. Jika dibiarkan terus mereka bisa terkena serangan jantung. Sebaliknya, mereka yang mau memaafkan orang lain, tekanan darahnya normal, kerja jantung normal, dan otot-ototnya rileks. Pendeknya, seorang pemaaf memiliki catatan kesehatan lebih baik.

Penelitian itu menunjukkan bahwa "memaafkan orang lain" tak hanya baik bagi kesehatan jiwa, tetapi baik pula untuk kesehatan jasmani kita. Karena itu, menjelang Idul Fitri ini yang akan jatuh beberapa hari lagi, mari kita buka pintu maaf. Tak ada ruginya memaafkan orang lain, bahkan kita mendapatkan manfaat yang tiada terkira.

Salam sukses luar biasa!

Sumber : andriwongso dot com
8/30/2011 03:19:00 PM | 0 komentar | Read More

Pelajaran Berharga dari Pulau Solomon

Written By Unknown on Monday, August 22, 2011 | 8/22/2011 04:10:00 PM

Penduduk di Pulau Solomon, ketika akan membuka lahan bercocok tanam di dalam hutan, konon tidak perlu menebang dan membakar hutan. Mereka cukup beramai-ramai mengitari tiap pohon sambil berteriak-teriak jorok, membentak dan berkata kasar. Dengan cara ini, ternyata selang beberapa hari sesudahnya pohon-pohonan layu, kering, mati, dan akhirnya tumbang.

Selama ini tanpa sadar kita mungkin telah ”membunuh” anak, baik anak kita sendiri maupun anak didik kita, dengan cara yang hampir sama dengan cara orang Solomon: membentak keras saat anak melakukan kesalahan, mengucapkan kata-kata kasar, dan memberi stigma buruk dengan kata bodoh, ceroboh, malas, dan sebagainya. Maka jadilah anak-anak yang benar-benar bodoh, ceroboh, malas, dan lain-lain sebagaimana kita ucapkan.

Berhati-hatilah! Sebab rasanya tidak mungkin kita berniat ”membunuh” anak kita atau murid kita. Kita ingin mereka berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri, terampil, berkepribadian luhur, dan memiliki tanggung jawab. Tak mungkinlah kita berharap agar anak-anak kita menjadi ”layu”, dan akhirnya ”mati”.

Ketika kisah penduduk di Pulau Solomon ini saya share ke facebook saya, ada komentar teman yang mencoba menghibur saya: ”Ah, masak segitunya, Bang?”

Sepertinya, teman saya menganggap saya membesar-besarkan masalah. Memang, kisah yang saya ceritakan di atas mungkin terlalu dramatis, saya akui. Saya memang terpengaruh dengan sebuah dealog dalam film India berjudul ”Taare Zamen Par”. Tapi esensinya sangat penting dan realistis untuk kita implementasikan dalam pendidikan anak-anak kita.

Film ini mengisahkan seorang anak jenius tetapi mengalami kesulitan mengingat simbol angka maupun huruf. Huruf ”b” bertukar dengan huruf ”d”, huruf ”z” dengan ”s”, angka ”6” dengan angka ”9”, dan sebagainya. Ketika membaca buku, si anak jenius melihat huruf-huruf bergerak-gerak seperti menari-nari. Dia pun tertawa tanpa sepatah kata pun terucapkan.
Lalu, guru menilainya sebagai anak bodoh, anak terbelakang, dan anak nakal. Di rumah si anak mengalami kekerasan dari ayahnya dan membandingkannya dengan kakaknya yang selalu penurut dan juara pelajaran maupun olah raga.

Untunglah, ketika si anak diasingkan di sebuah sekolah berasrama, dia bertemu dengan sosok seorang guru yang humanis, sabar, empatik, nyeni, dan pernah mengalami kasus yang sama dengan si anak jenius. Di sinilah kemudian terungkap bahwa si anak ini mengalami kelainan bawaan yang bernama ”dislexia”. Dia jenius, tapi memang butuh perlakuan khusus.

Guru ini berhasil menolong anak jenius berkembang dengan kecerdasan melebihi anak-anak pintar di kelasnya, pada saat hampir saja anak itu mengalami depresi, putus asa dan ”mati”.
Ternyata, Albert Einstein, Leonardo da Vinci, Bill Gates, James Watt, Thomas Alfa Edison, Agatha Christie dan tokoh-tokoh lain dalam sejarah dunia adalah anak-anak ”dislexia”.

Alangkah sayangnya kalau tokoh-tokoh yang banyak mengubah dunia ini tak tertolong saat kecilnya. Dan mungkin banyak anak-anak seperti ini ada di sekitar kita.

Sebuah pencerahan bagi kita, baik sebagai orang tua maupun seorang guru: Terimalah anak-anak kita apa adanya. Bantulah mereka saat mengalami kesulitan, sugestilah dengan kata-kata positif, dan biarlah mereka berkembang sesuai jati dirinya. Tanpa kekerasan, tanpa kata-kata kotor, dan tanpa stigma buruk. Hentikan memvonis anak kita dengan kata ”dasar bodoh”, ”dasar malas”, ”dasar bandel”, dan sejenisnya!

Ada sebuah penelitian yang diceritakan Ajah Brahm, seorang Amerika lulusan Fisika yang memilih menjadi biksu di pedalaman hutan Thailand. Anak-anak satu jenjang pendidikan dibagi dua kelas, kelas A dan kelas B. Kelas A diberi label kelas unggulan dan kelas B diberi label kelas biasa.

Tanpa sepengetahuan siapa-siapa (kecuali peneliti), anak-anak dalam kedua kelas itu sebenarnya pada awalnya dapat dikatakan homogen, atau tidak ada perbedaan yang siginikan. Sama-sama pintar, sama-sama cerdas. Lalu, keduanya diajar dengan guru-guru yang sama, metode yang sama dan fasilitas yang sama. Perbedaan perlakuan hanya pada pemberian label unggulan dan biasa.

Apa yang terjadi pada akhir tahun? Anak-anak dalam kelas unggulan ternyata memiliki prestasi yang benar-benar unggul, sementara anak-anak dalam kelas biasa, prestasinya juga biasa-biasa saja. Sebuah bukti ilmiah bahwa anak-anak akan menjadi yang seperti kita labelkan padanya.

MULYOTO, Guru Matematika SMK Negeri 1 Pungging Mojokerto.
Sumber : detiknews.com
8/22/2011 04:10:00 PM | 0 komentar | Read More

Anakku Dimana...?

Written By Unknown on Monday, August 8, 2011 | 8/08/2011 03:59:00 PM

Dear Amazing Member,

Saat Anda memulai membaca setiap kata dari Sharing kita kali ini, betapa Anda ingin terus.. dan teruss

melanjutkan kata demi kata dari artikel penuh makna ini. saya pun yakin, Anda cukup cerdas untuk mengambil tindakan yang tepat untuk semua hal yang akan membuat hidup Anda jauuh lebih baik.. jauh lebih hebat dan Semakin Amazing tentunya.

berbagai kisah akan terus mengandung makna yang terselubung, dan cerita kehidupan terus bergulir memberikan pembelajaran yang akan menempa kita untuk terus menjadi manusia yang Berkualitas dan beriman.

Dan sebuah Cerita akan membuat Anda terus melanjutkan untuk membaca artikel Sharing kali ini. yuuk..

Pada suatu hari, ada sepasang Petani yang tinggal di suatu desa. Keluarga petani ini memiliki seorang anak perempuan cantik dan lucu yang masih berumur lima bulan (cup.cupp, begitu menggemaskan!). Mereka juga memiliki seekor anjing jantan yang cerdik. Anjing itu begitu pintar dan setia kepada majikannya. Ia bisa diandalkan untuk menjaga sawah petani tersebut. Si anjing selalu sigap mengusir burung-burung yang datang untuk melahap padi. Karena kegesitannya, anjing itu juga selalu berhasil menangkap tikus-tikus yang merusak tanaman padi.

Pagi itu, seperti biasanya pak Tani pergi untuk menggarap sawahnya. Sang istri akan menyusul pada siang harinya sambil membawa makan siang untuk sang suami. Si istri pun bergegas memasak, sementara bayinya diletakkan di sebuah keranjang di dekatnya. Ia tampak tenang bermain bersama si anjing. Karena kehabisan air untuk memasak, istri petani itu pun pergi kesungai mengambil beberapa kendi air. “Anjing yang baik, aku pergi kesungai sebentar, tolong jaga anakku,ya,”katanya. Si anjing langsung menggonggong, mengiyakan kata-kata sang majikan. 

Dua puluh menit berlalu, perempuan itu pulang membawa tiga kendi air. Dari kejauhan, si anjing menyalak kuat, melompat-lompat sambil berputar-putar seolah ingin memberitahu majikannya, “cepaat kemari., ada sesuatu yang sudah terjadi.”

Setelah perempuan itu mendekat, ia terkejut bukan kepalang. Betapa tidak, ia melihat moncong si anjing berlumuran darah, dan sementara bayinya sudah tidak ada lagi didalam keranjang. Keadaan di dapur pun berantakan. Ia melihat sobekan kecil pakaian anaknya di lantai. Si istri mulai panik dan cemaas! “apa yang kau perbuat terhadap anakku, anjing jahat, anjing kurang ajar! Teganya kau memakan bayiku! Dasar kau anjing yang tidak tahu diuntung!” Serta merta perempuan itu mengambil kayu dan dengan emosi yang membabi buta memukulkan kayu ke kepala si anjing. Anjing itu pun sempoyongan, roboh dan sekarat. Istri petani itu kehabisan tenaga dan langsung duduk menyandar di dinding. 

Sepersekian menitpun berlalu, Dalam kesedihan yang masih mendera keluarga ini. Mereka terus menangis meratapi penyesalan yang mereka alami. Namun, apa yang terjadi? setelah sayup-sayup terdengar suara yang tidak diketahui sumbernya. "Suara apa itu? Aku seperti mendengar suara tangisan anak kecil! "ungkap istrinya yang Sambil terus mencari-cari sumber suara, “aku yakin itu suara Anakku…., anakku masih hidup,” teriaknya”, dan pada akhirnya ia menemukan bayinya tergeletak dibawah tempat tidur. Bukan main senang hatinya. Sambil menangis, Ia terus menciumi anaknya.

Akan tetapi, tiba-tiba ia terkejut melihat bangkai ular tergeletak di samping tubuh anaknya. Ia duduk terkulai. Digendongnya sang bayi sambil menangis pilu. 

Oh.. tidak!! Ternyata anjing baik itulah yang telah menyelamatkan nyawa sang bayi. Ketika melihat seekor ular datang menghampiri si bayi, anjing itu berusaha mengeluarkan bayi dari keranjangnya dengan menyeret tubuh kecilnya sehingga di lantai tampak sobekan pakaian si bayi. Penyesalan kini mendera hati sang istri petani karena telah membuat anjing yang paling baik yang ia miliki sekarat menemui ajalnya. 

Kisah yang tragis, bukan? Sesuatu yang buruk seharusnya tidak perlu terjadi tetapi karena kesalahpahaman semua menjadi kacau.  Oleh sebab itu mengetahui duduk persoalan dengan jelas sangat penting untuk menghindari kesalahan dalam menilai dan mengambil keputusan.

Sahabat Amazing, Dimana pun Anda berada, Anda tidak akan pernah dapat menghindari sebuah kesalahpahaman. Keadaan yang tak menentu juga sifat dan karakter orang yang berbeda sangat rentan menimbulkan terjadinya “gesekan”. 

So, mari kita belajar melihat dan mendengar lebih jelas dan cermat agar tidak ada lagi salah paham yang berujung pada kehancuran dan penyesalan. Okayy..  SEMANGAAT!!
 


Be Amazing, Amazing You! 

dr.Andhyka P Sedyawan
-Amazing Coach-
Coaching-Training-Clinical Therapy
8/08/2011 03:59:00 PM | 0 komentar | Read More